Bisnistoday- Indonesia saat ini menuangkan target pengembangan sektor Ekonomi Biru di dalam RPJPN 2025-2045, dengan target kontribusi terhadap PDB Indonesia meningkat menjadi 15% pada 2045 dari sebelumnya 7,92% di 2022. Potensi sektor Ekonomi Biru juga dapat menyerap tenaga kerja sebesar 45 juta lapangan kerja baru.
Co-founder, Ravenry, startup Indonesia yang bergerak di bidang market research, Aditya Subiyakto mengungkapkan sektor ekonomi biru merupakan pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan untuk pertumbuhan ekonomi, peningkatan mata pencaharian, dan lapangan kerja sekaligus menjaga kesehatan ekosistem laut.
Sektor ini meliputi berbagai aktivitas yang berkaitan dengan kelautan termasuk akuakultur, pariwisata, pengelolaan sampah, konstruksi, transportasi, energi terbarukan, dll. Sektor ini menghadirkan berbagai peluang menarik bagi individu dan dunia usaha untuk terjun ke bidang keberlanjutan dan berkembang melampaui sektor hijau.
“Blue economy mencakup berbagai industri dengan potensi pasar signifikan yang belum dimanfaatkan, dan masih langka yang menyediakan ruang untuk memelopori solusi inovatif yang memecahkan tantangan lingkungan yang mendesak dan memberikan dampak yang berarti terhadap lingkungan masa depan planet Bumi,” ujar Aditya, dalam siaran persnya Jakarta,12/03/24.
Hasil riset yang dilakukan oleh Ravenry menunjukkan potensi menjanjikan sektor ekonomi biru sebagai berikut:
1. Industri yang berhubungan dengan kelautan menghasilkan nilai ekonomi sebesar $2,5 triliun secara global dan mendukung hampir 3 miliar penghidupan masyarakat di bidang industri termasuk makanan laut, pelabuhan, konstruksi, dan wisata pantai.
2. Pembangunan pembangkit listrik tenaga angin di lepas pantai, bagi pasar energi global diharapkan tumbuh pada CAGR sebesar 12,1 persen, mencapai nilai USD 89,76 miliar pada tahun 2030.
3. Akuakultur menjadi salah satu sektor pangan dengan pertumbuhan tercepat dalam usaha meningkatkan ketahanan pangan dan gizi secara global. Industri akuakultur memiliki nilai sekitar $243 miliar dan mempekerjakan 20 juta orang di seluruh dunia.
4. Diproyeksikan ekonomi kelautan akan tumbuh dalam dekade mendatang, minat investor meningkat di semua sektor dari ekonomi biru. Sekitar 87 persen dari investor mengambil sampel dari survei yang dilakukan oleh Uni Eropa yang berencana untuk berinvestasi rata-rata €124,5 juta dalam ekonomi biru pada tahun 2030.
“Ravenry melalui kerjasama dengan Archipelagic and Island States (AIS) Forum berupaya untuk turut meningkatkan 2x kontribusi dan investasi di sektor kelautan untuk mencapai 15% dari PDB Indonesia di tahun 2045, setara dengan 45 juta lapangan kerja baru,” ungkap Aditya.
Archipelagic and Island States (AIS) Forum 2023 merupakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Negara-Negara Pulau dan Kepulauan yang memiliki arti yang penting bagi Indonesia. Tahun ini, AIS Forum 2023 mengusung tema “Fostering Collaboration, Enabling Innovation for Our Ocean and Our Future.” Agenda pertemuan tersebut akan berfokus kepada tiga aspek penting, yaitu pembangunan ekonomi biru, tantangan perubahan iklim, dan mempererat solidaritas antara negara pulau dan kepulauan.
“Sebagai lembaga penyedia solusi riset pasar, Ravenry membantu startup dan bisnis yang bergerak di bidang Blue Economy untuk menganalisa perkembangan pasar, kebutuhan konsumen dan inovasi-inovasi dari berbagai kompetitor. Dengan riset pasar yang matang, perusahaan dapat membuat keputusan dan menciptakan inovasi yang mendorong bisnis mereka menuju kesuksesan sekaligus menciptakan dampak positif bagi lautan kita,” jelas Aditya.
Dalam AIS Forum High Level Meeting di Nusa Dua Bali pada 2023, Ravenry diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil riset mereka terkait Blue Economy. Ravenry berperan sebagai partner riset AIS Forum untuk mengembangkan konsep AIS Blue Hub Framework, yang berfungsi untuk memfasilitasi bluepreneur (entrepreneur di sektor ekonomi biru) dan bisnis yang bergerak di bidang ekonomi biru dari 51 negara kepulauan yang dinaungi AIS Forum. Dalam presentasi tersebut Ravenry memaparkan formula pengembangan Entrepreneurship Ecosystem untuk Blue Economy.
“Entrepreneurship Ecosystem memiliki arti sebuah ikatan yang terdiri dari jaringan pelaku entrepreneurship, organisasi, komunitas, dan berbagai sumber lainnya yang bersinergis menciptakan lingkungan yang saling mendukung entrepreneurship untuk berkembang pesat,” jelas Aditya.
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) menyatakan penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Archipelagic and Island States (AIS) Forum adalah salah satu indikator upaya mewujudkan Indonesia sebagai negara maritim yang kuat.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Ad Interim diwakili oleh Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi, Jodi Mahardi, menyampaikan bahwa pentingnya menindaklanjuti arahan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, pada COP-28, di Dubai, yang menegaskan pentingnya kolaborasi inklusif dan kerja sama konkrit antar negara untuk mengatasi tantangan perubahan iklim dan mencapai pembangunan berkelanjutan.
“AISF juga dibentuk untuk memperkuat kepemimpinan Indonesia di forum Internasional. Penyelenggaraan KTT AISF 2023 menjadi komitmen Indonesia menjadi bangsa bahari yang unggul,” kata Jodi.
Dalam perkembangannya, negara-negara partisipan AIS Forum saling berkolaborasi dan bekerja sama melalui program-program yang dilakukan oleh Sekretariat AIS Forum. Pada berbagai area fokus kerja, AIS Forum terus memfasilitasi upaya untuk mempererat solidaritas antarnegara AIS.
Nilai-nilai solidaritas kemudian diwujudkan dalam berbagai program, seperti pada Joint-Research dalam bidang riset dan pengembangan. Juga pada bidang ekonomi biru melalui pemberdayaan dan akselerasi UMKM serta startup di berbagai negara AIS.
Kolaborasi internasional melalui rangkaian pertemuan tingkat pejabat tinggi dan menteri pun telah beberapa kali dilaksanakan sebagai manifestasi dari komitmen negara-negara AIS membangun kerja sama.
AIS Blue Hub Framework berfungsi sebagai kompas strategis, yang menawarkan wawasan tentang bagaimana mengembangkan sektor ekonomi biru dalam tingkat kematangan ekosistem yang beragam di seluruh negara anggota AIS. Dewi