Jakarta,
Bisnistoday.com– Dalam due diligence meeting, Senin (28/5/2018), Anak usaha
PT Pelindo II- PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IKT) menargetkan menghimpun dana maksimal Rp
903 miliar hingga Rp 1,26 triliun. IKT melepas harga saham di pasar perdana
(IPO) dikisaran Rp 1.610 – Rp 2.250. IKT menawarkan sebanyak-banyaknya
561.101.600 saham atau sebesar 30% dari Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
Perseroan,
Sesuai rencana, penawaran awal (bookbuilding) berlangsung
pada 24 Mei 2018 hingga 22 Juni 2018. Penetapan harga IPO diharapkan pada 25
Juni 2018, sedangkan pencatatan perdana saham (listing) di Bursa Efek Indonesia
(BEI) dijadwalkan pada 10 Juli 2018.
IKT yang dikenal juga sebagai IPC Car Terminal menunjuk dua
Penjamin Pelaksana Emisi Efek (Joint Lead Underwriters/JLU), yaitu PT Bahana
Sekuritas dan PT Mandiri Sekuritas. Sedangkan RHB bertindak sebagai Agen
Penjual Internasional (International Selling Agent).
IKT juga akan melakukan roadshow ke beberapa negara untuk
menawarkan saham perdananya kepada calon investor strategis. Investor yang
menjadi target perusahaan adalah perusahaan pengelola terminal pelabuhan,
perusahaan logistik, perusahaan perkapalan, perusahaan otomotif maupun industri
lainnya yang terkait dengan bisnis IKT.
Direktur Utama IKT Chiefy Adi Kusmargono, mengatakan,
roadshow dilaksanakan di Thailand, Singapura, Kuala Lumpur, Hong Kong, dan
London. Namun kata dia, sudah ada beberapa calon investor asal Korea yang
datang kepada IKT. Pihaknya juga akan melakukan kemitraan dengan operator
terminal terbesar di Asean. Caranya dengan membeli saham IKT.
“Kemitraan tersebut bertujuan untuk mengembangkan bisnis IKT
di Asean, Amerika Latin, Afrika, dan wilayah ekspor kendaraan lainnya. Saat
ini, pengelola terminal terbesar di Asean adalah PSA International Pte Ltd. Kita
optimistis, aksi korporasi mampu mencapai target,”ujar Chiefy dalam konferensi
pers, di Jakarta, Senin (28/5).
IKT akan mengalokasikan 50% dana hasil IPO untuk belanja
modal (capital expenditure/capex). Nilai belanja modal tersebut sekitar Rp 500
miliar. Kemudian 25% untuk perpanjangan
sewa lahan, dan sisanya untuk modal kerja. “Kami targetkan dana hasil IPO
sekitar Rp1 triliun an,” papar Sugeng Mulyadi, Direktur Keuangan PT Indonesia
Kendaraan Terminal Tbk.
Soal lahan, Chiefy, mengatakan, selama ini pihaknya sewa
lahan kepada Pelindo II dalam jangka pendek. Konsultan mengusulkan lebih
menguntungkan untuk membayar sewa jangka panjang 5 tahun di muka. Perseroan
juga akan mengalokasikan sebesar 25% dari dana IPO untuk modal kerja.
Direktur Utama Bahana PT Sekuritas Feb Sumandar selaku
penjamin pelaksana emisi belum mengumumkan berapa kisaran harga yang ditawakan
saat penawaran umum. Namun, target dana dana yang dihimpun dari aksi korporasi
ini sekitar Rp 1 triliun.
IKT merupakan perusahaan yang mengelola terminal yang secara
khusus diusahakan secara komersial untuk memberikan jasa pelayanan terminal kendaraan.
Adapun pelayanan jasanya meliputi Stevedoring, Cargodoring, Receiving, dan
Delivery. Selain itu juga melayani pelayanan jasa lainnya, yaitu Vehicle
Processing Center (VPC) dan Equipment Processing Center (EPC).
IKT didirikan sebagai entitas bisnis tersendiri pada 5
November 2012 dengan persentase kepemilikan saham PT Pelindo II (Persero)
sebesar 99% dan PT Multi Terminal Indonesia sebesar 1%.
Sebelum menjadi entitas bisnis tersendiri, IKT hanya sebuah
strategic business unit yang bernama Tanjung Priok Car Terminal (TPT), yang
pengelolaannya di bawah Kantor Pusat dan beroperasi sejak Juni 2007.
Chiefy Adi, mengatakan, IKT memiliki beberapa keunggulan, di
antaranya satu-satunya perusahaan yang mengelola terminal komersial yang
memberikan jasa pelayanan terminal kendaraan di negara terpadat ke-4 di dunia,
memiliki 100% captive market, dan margin bisnis tinggi.
Selain itu, perseroan memiliki pasar yang berkembang pesat,
basis klien yang solid, penguasaan lahan yang terjamin dan ekspansi yang
terencana dengan baik, serta tim manajemen yang sangat berpengalaman.
Sementara itu, Indonesia adalah negara dengan penjualan
mobil terbesar ke-17 di dunia dan nomor satu di Asean. Secara produksi,
Indonesia terbesar ke-18 di dunia dan nomor dua di Asean. Adapun pertumbuhan
produksi mobil di Indonesia secara tahunan mencapai 11,4% selama 2007-2017.
IKT menyediakan terminal yang disiapkan tak hanya untuk
mobil, melainkan alat berat, truk, bus, dan suku cadang. Perseroan mengelola
lahan seluas 31 hektare dengan kapasitas 700.000 unit kendaraan per tahun.
Sesuai rencana, pada 2022, IKT menargetkan lahan seluas 89,5
hektare dengan kapasitas 2,1 juta kendaraan. Dengan demikian, perseroan
diproyeksikan menjadi pengelola terminal mobil terbesar ke-5 di dunia.
Pada 2017, IKT membukukan pendapatan sebesar Rp 422,1
miliar, meningkat dibandingkan 2016 yang sebesar Rp 314,3 miliar. EBITDA naik
menjadi Rp 175,4 miliar dari Rp 133,4 miliar. Laba kotor naik menjadi Rp 208,6
miliar dari Rp 164,5 miliar, dan laba bersih melonjak menjadi Rp 130,1 miliar
dari Rp 98,4 miliar.
Adapun nilai aset per akhir 2017 mencapai Rp 336,3 miliar,
meningkat dibandingkan 2016 yang sebesar Rp 264,9 miliar. Liabilitas naik
menjadi Rp 99,2 miliar dari Rp 79,3 miliar dan ekuitas meningkat menjadi Rp 237
miliar dari Rp 185,6 miliar. Sementara itu, current ratio sebesar 3,3 kali,
naik dari 2,4 kali.
Sementara itu, rata-rata ROA dalam tiga tahun terakhir
mencapai 35,4%, margin EBITDA 40,4%, ROE 50,6%, dan ekuitas terhadap aset
69,8%. (Kormen)