(Bisnistoday.com)-PT Indonesia Kendaraan Terminal, Tbk
atau IPCC yang saat ini mengelola lahan
seluas 31 hektar dengan kapasitas 700.000 unit kendaraan per tahun, menargetkan
menjadi terminal kendaraan kelima terbesar di dunia.
Presiden Direktur PT Indonesia Kendaraan Terminal, Chiefy
Adi Kusmargono, saat pencatatan saham perusahaan di Gedung Bursa Efek Indonesia
(BEI), Senin (9/7), mengatakan, pihaknya akan menambah lahan menjadi 89,5 hektare
dengan kapasitas 2,1 juta kendaraan. “Lima tahun lagi kami targetkan
menjadi 5 besar Terminal Kendaraan di dunia,” ujarnya.
Sementara itu, Deputi Rekstrukturisasi dan Pengembangan
Usaha BUMN Aloysius Kiik Ro, mengatakan Kementerian BUMN terus mendorong,
perusahaan BUMN mencari sumber lain pendanaan. Tidak hanya mengandalkan APBN.
Misalnya melalui pasar modal.
“Dengan menjadi perusahaan Tbk. pengelolaan
perusahaan jadi lebih transparan, kompeten dan sesuai GCG,” pungkasnya.
IPCC merupakan
perusahaan bidang bongkar
muat kendaraan dari
dan ke kapal
pertama di Indonesia yang
melantai di bursa dan sebagai perusahaan tercatat ke-25 pada tahun 2018.
Adapun pelayanan jasanya meliputi Stevedoring,
Cargodoring, Receiving, dan Delivery. Selain itu juga melayani pelayanan jasa
lainnya, yaitu Vehicle Processing Center (VPC), Equipment Processing Center
(EPC) dan Port Stock.
Chiefy Adi Kusmargono, di sela acara pencatatan saham
IPCC di Gerung BEI, mengatakan, IPCC
secara resmi telah
menetapkan harga Penawaran
Umum Perdana Saham
(Initial Public
Offering/IPO) sebesar Rp.
1.640,- per lembar
saham, dimana jumlah
saham yang ditawarkan mencapai
509.147.700 lembar saham dengan free float 28% dari jumlah saham.
Dengan nilai kapitalisasi saham sebesar Rp. 2,98 triliun,
IPCC akan menerima dana proceeds sebesar Rp 835 miliar. Dana dari proceeds ini
akan digunakan sebesar 50% untuk belanja modal dalam rangka pengembangan usaha
yang meliputi pengembangan terminal, perluasan lahan, mewujudkan IPCC
Incorporated, penambahan kapasitas dan fasilitas serta peralatan pendukung.
Sebesar 25% untuk perpanjangan kontrak sewa lahan jangka
panjang. Sisanya 25% untuk modal kerja Perseroan guna mendukung kegiatan
operasional.
Untuk lebih memberikan kepercayaan kepada investor, IPCC
yang juga dikenal sebagai IPC Car Terminal menunjuk dua penjamin pelaksana
emisi efek (Joint Lead Underwriters/JLU), yaitu PT Bahana Sekuritas dan PT
Mandiri Sekuritas, serta mempercayakan kepada PT RHB Sekuritas Indonesia untuk
bertindak sebagai agen penjual internasional (international selling agent).
IPCC menandai Penawaran Publik Perdana ini sebagai
tonggak terpenting IPCC dari sejarah yang pada awalnya beroperasi sebagai
sebuah unit (Strategic Business
Units/SBU) dari Induk Perusahaan IPC untuk
terus menyediakan pelayanan operasi
pelabuhan terbaik dan
layanan yang lebih
profesional bagi semua pemangku kepentingan mulai tahun 2007,
selanjutnya menjadi anak perusahaan IPC sejak 1 Desember 2012.
Langkah ini sebagai tangga IPCC untuk mewujudkan stand
alone company yang menjadi inspirasi, benchmarked/best practices company
ditingkat nasional, regional dan internasional.
Menurut Chiefy, ketika IPCC berubah menjadi perusahaan publik, ini akan memungkinkan untuk melakukan hal
yang lebih besar untuk pencapaian lebih tinggi sesuai GCG dari apa yang telah
dilakukan selama ini.
IPCC memiliki profil
keuangan yang sehat
dan tim Manajemen profesional
yang menjamin optimisme
untuk terus memperluas
jaringan dan menciptakan
lebih banyak potensi
dalam membangun kolaborasi
kelas dunia dengan menjaring pasar domestic dan
internasional.
Menyadari
IPCC memiliki pasar
yang akan berkembang
pesat, korporasi berkomitmen menjaga basis
klien tetap solid,
penguasaan lahan yang
terjamin dan ekspansi
yang terencana dengan baik, serta meningkatkan kompetensi, Tim manajemen
yang focus pada pelayanan pelanggan, berintegritas, serta bangga terhadap
perusahaan dan budayanya.
“Ini perlu dijaga mengingat Indonesia adalah negara dengan
penjualan mobil terbesar ke-17 di dunia
dan nomor satu di Asean. Secara
produksi, Indonesia terbesar
ke-18 di dunia dan nomor
dua di Asean,”ujar Chiefy.
Adapun
pertumbuhan produksi mobil
di Indonesia dengan
CAGR mencapai 11,4% selama 10 tahun periode 2007-2017. — selesai — Tentang IPCC: IPCC
merupakan anak usaha
PT Pelabuhan Indonesia
II (Persero) atau
Indonesia Port Corporation (IPC).
IPCC memberikan jasa pelayanan terminal kendaraan. “Jasa pelayanan meliputi
Stevedoring, Cargodoring, Receiving, dan Delivery,” tutur Chiefy.
Selain itu, demikian
Chiefy, IPCC juga
melayani pelayanan jasa
lainnya, yaitu Vehicle Processing Center (VPC), Equipment
Processing Center (EPC), Port Stock dan Transhipment Roro Services. IPCC tidak hanya menyediakan jasa terminal
untuk mobil, tapi juga untuk alat berat, truk, bus, dan suku cadang. IPCC
memiliki beberapa keunggulan,
di antaranya satu-satunya
perusahaan pengelola terminal
komersial yang memberikan jasa pelayanan terminal kendaraan di negara terpadat
ke-4 di dunia, memiliki 100% captive market untuk ekspor-impor kendaraan, dan
margin bisnis menarik.
IPCC mengelola
lahan seluas 31 hektar dengan kapasitas 700.000 unit kendaraan per tahun.
Sesuai rencana, pada 2022, IPCC menargetkan lahan seluas 89,5 hektar dengan
kapasitas 2,1 juta kendaraan. Dengan demikian, IPCC diproyeksikan menjadi
pengelola terminal mobil terbesar ke-5 di dunia. Dari segi kinerja keuangan IPCC juga menunjukkan
hal yang menggembirakan.
Pada 2017, misalnya, IPCC membukukan pendapatan Rp. 422,1
miliar, naik 34,3% dibandingkan 2016 sebesar Rp. 314,3 miliar. EBITDA IPCC
bertambah 31,5% menjadi Rp. 175,4 miliar dari Rp. 133,4 miliar. Laba kotor naik
26,8% menjadi Rp. 208,6 miliar dari Rp. 164,5 miliar, dan laba bersih IPCC
tumbuh 32,2% dari Rp. 98,4 miliar menjadi Rp. 130,1 miliar pada 2017.
Sementara
total aset IPCC
per Desember 2017
mencapai Rp. 336,3
miliar, naik 26,95% dibandingkan 2016 sebesar Rp. 264,9
miliar. Liabilitas IPCC naik 25% menjadi Rp. 99,2 miliar dari Rp. 79,3 miliar,
dan ekuitas tumbuh 27,7% menjadi Rp. 237 miliar dari Rp. 185,6 miliar dan
current ratio sebesar 3,3 kali, naik dari 2,4 kali. “Dalam tiga tahun terakhir
rata-rata ROA IPCC mencapai 35,4%, margin EBITDA 40,4%, ROE 50,6%, dan ekuitas
terhadap aset rata-rata 69,8%,” pungkas Chiefy. (Kormen)