Bisnistoday-Berbicara mengenai perkebunan kelapa sawit memang tak pernah usai. Pohon sejuta manfaat ini menyimpan berbagai macam informasi yang menarik untuk diulas.
Di dunia pertanian serangan hama dan penyakit yang menyerang tanaman, merupakan momok menakutkan bagi para petani. Bisa dibilang hama merupakan hewan yang menganggu dan menyebabkan kerugian bagi manusia. Baik kerugian langsung maupun tidak langsung.
Pohon kelapa sawit pun tidak lepas dari serangan hama. Penangan hama menjadi hal penting karena dampak yang dihasilkan hama terhadap tanaman kelapa sawit tidak hanya merusak bagian tertentu saja, namun hampir keseluruhan bagian dari akar hingga daun pun dapat dirusak dalam artian membuat pertumbuhan kelapa sawit menjadi kurang maksimimal.
PT Unggul Widya Teknologi Lestari (UWTL), perusahaan perkebunan kelapa sawit yang terletak di Kecamatan Baras, Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat, ini menaruh perhatian khusus untuk membasmi hama.
Pada tanaman kelapa sawit terdapat hama yang harus diwaspadai yakni Ulat Api atau Setora nitens, Tungau Merah atau Oligonychus, Kumbang Tanduk atau Orycte rhinoceros, Penggerak tandan buah, dan tikus.
Hama tikus dianggap sebagai ancaman di perkebunan kelapa sawit, karena mereka memakan batang muda pohon kelapa sawit yang belum menghasilkan. Sedangkan pada batang dewasa mereka memakan buahnya. Tikus sendiri dapat memperlambat pertumbuhan pohon kelapa sawit yang belum menghasilkan. Selain itu juga bisa menyebabkan kematian pohon.
Tikus yang sering menyerang diperkebunan kelapa sawit adalah tikus pohon ( Rattus tiomanicus ). Tikus ini membuat lubang yang tidak teratur pada buah yang masak; lubang dibuat di dekat tangkai buah. Tikus sering menyerang pada tanaman sawit yang masih muda.
Untuk pengendalian hama tikus ini dapat menggunakan musuh alami dari tikus itu sendiri yaitu Burung hantu ( Tyto alba ). Pengendalian dengan musuh alami ini merupakan salah satu teknik pengendalian yang efektif dan ekonomis.
Mandor Hama Penyakit Tanaman PT UWTL, Suwardi mengatakan bahwa burung hantu “Tyto Alba” ini merupakan jenis burung hantu yang paling agresif karena bisa memakan tiga sampai empat ekor tikus dalam semalam.
“Dengan adanya burung hantu ini, perusahaan dan masyarakat sangat terbantu untuk mengusir hama tikus. Tentu saja ini menjadi aset berharga kami disini. Tyto Alba memiliki indera penglihatan dan pendengaran yang baik,” ujar Suwardi kepada Bisnistoday, Baras, 30/05/19.
Burung Hantu (Tyto Alba) memiliki struktur wajah pucat menyerupain hantu dan berbentuk hati ditambah dengan suaranya yang menakut dan parau merupakan predator malam.
“Pada siang hari burung hantu ini bersembunyi di tempat yang sunyi. Pada malam hari, ia akan berburu tikus, terutama dengan suara yang dikeluarkan oleh tikus itu sendiri,” ungkap Suwardi
Lanjut Suwardi, dengan pendengarannya yang tajam burung hantu ini dapat langsung mengetahui posisi tikus sebagai mangsa buruannya. Setelah yakin, ia menyergap mangsa dengan cakarnya untuk kemudian menelan utuh atau mencabik-cabik tubuh mangsa tersebut.
PT UWTL kata Suwardi, mulai menggunakan Tyto Alba pada 2012 dengan jumlah awal dua pasang burung hantu. Untuk mengembangbiakkan, perusahaan membuat penangkaran burung hantu sejak 2014. Di sini, burung hantu dengan usia di bawah 90 hari dipelihara sebelum akhirnya ditempatkan dalam guyon (gupon yang terbuat dari besi).
“Saat ini sudah ada ribuan burung hantu yang terbang bebas di areal perkebunan, namun hanya 59 yang dimonitor dan ditempatkan dalam guyon. Dalam satu guyon, terdapat sepasang burung hantu yang dapat menjangkau mangsa cukup jauh hingga 20 hektare,” tambah Suwardi.
Lanjut Suwardi, Penggunaan predator burung hantu ini sangat efektif daripada menggunakan racun tikus atau rodentisida. Racun tikus banyak memiliki kelemahan, antara lain dapat menimbulkan pencemaran bahan kimia terhadap lingkungan, serta menimbulkan bau bangkai di sekitar kebun.
Sepasang burung hantu Tyto Alba dapat mengkonsumsi sekitar 1500 sampai 1800 tikus per tahun. Burung hantu ini pun dapat berburu di Lahan yang luas, terbang hingga Lima sampai tujuh kilometer dalam satu malam. Dewi