Bisnistoday – Bertepatan dengan Hari Kopi Internasional, Café Brasserie Expo (CBE) 2025 yang diselenggarakan oleh Panorama Media, CBE menawarkan pengalaman baru dalam gaya hidup dan kuliner Indonesia.
CBE 2025 yang diadakan pada 10–12 Oktober 2025 di NICE Hall 11, PIK 2 mendatang, akan mempertemukan elemen khas seperti kopi, teh, cokelat, dan wine dalam satu panggung. Mengusung tema ‘eksplorasi rasa dan identitas,’ CBE menjadi ruang ekspresi yang mempertemukan inovasi produk makanan dan minuman (food & beverages) seperti kopi, teh, cokelat, dan wine.
Tidak hanya itu, sektor lain yakni lifestyle, mulai dari teknologi, kesehatan, otomotif, fashion, hingga kecantikan juga ada disini. Berbagai pengalaman interaktif, pengunjung diajak memahami bukan hanya rasa, tapi juga nilai, kisah, dan semangat keberlanjutan serta koneksi sosial yang relevan bagi generasi masa kini.
Project Manager CBE 2025 Luhur Tri Atmojo, menuturkan, Café Brasserie Expo 2025 adalah ruang di mana rasa bukan hanya untuk dikonsumsi, tapi untuk diselami dan dipahami. Pihaknya ingin menghadirkan cerita di balik setiap cangkir kopi, setiap lembar daun teh, hingga setetes wine, yang semuanya merepresentasikan proses, nilai, dan budaya.
“Di saat yang sama, CBE juga menjadi ruang untuk merayakan gaya hidup dan koneksi yang bermakna lewat rasa. Menurut nya konsumen Indonesia saat ini sudah pintar dalam memilih makanan dan minuman. Mereka sudah sadar akan kesehatan. Di CBE ini konsumen tidak perlu takut lagi untuk mencicipi makanan minuman, berapa kalorinya, berapa kadar gulanya dan lain-lain ujar dia dalam konferensi pers penyelenggaraan CBE 2025 di Jakarta pada hari Rabu (1/10).
Luhut Tri Atmojo menambahkan selama tiga hari pameran optimis target transaksi sebanyak 3 milliar bisa didapat dengan kunjungan 25 rb pengunjung.
CBE sendiri didukung oleh Kementrian Ekonomi Kreatif (EKRAF) sebagai bentuk penguatan potensi lokal dan pertumbuhan industri tren konsumen modern di Indonesia. Kolaborasi ini sejalan dengan komitmen untuk memperkuat peran UMKM dan brand lokal agar lebih dikenal dan berdaya saing.
Dari sisi industri, pameran ini juga disambut positif oleh para pelaku dan asosiasi. Menurut Andrew Saputro, Ketua Bidang Kerjasama & Promosi Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (GAPMMI), CBE adalah momentum penting bagi pelaku F&B, dari korporasi hingga UMKM, untuk terhubung langsung dengan konsumen, memperkenalkan inovasi, dan memperkuat posisi mereka di pasar nasional maupun global.
“Makanan dan minuman ini menyumbang PDB 30 persen untuk sektor nom migas ya. GAPMMI dan pemerintah bekerjasama untuk membuka jalan bagi industri besar, menengah untuk membina atau empowering umkm supaya bisa akses ke pasar global, belajar bagaimana ekspor, meningkatkan kapabilitas nya dulu, karena pasar domestik berbeda untuk bisa naik kelas. Belajar tentang standar, regulasi, policy, international trade dan lain-lain,” tambah Andrew Saputro.
Selama tiga hari penyelenggaraan, CBE menghadirkan berbagai aktivitas, workshop, talkshow, dan business talk. Asa jugabKompetisi & Indonesia Coffee in Good Spirits Championship oleh SCAI, Kompetisi & Indonesian Drinking Chocolate Competition & oleh ACBI. Dan yang tidak boleh dilewatkan ada Sculpture Chocolate Live Show & Chocolate Fountain Installation setinggi 3 meter oleh Dapur Coklat.
Dengan tiket masuk gratis dan lokasi strategis di kawasan PIK 2, CBE 2025 menjadi destinasi yang wajib dikunjungi bagi pecinta kopi, penikmat teh, penggiat kuliner, maupun mereka yang sekadar ingin merasakan pengalaman rasa yang otentik dan berbeda.
“Bukan cuma soal pameran, tapi soal pengalaman. Di sini, siapa pun bisa melihat langsung perjalanan kopi, dari biji sampai ke cangkir, berbincang dengan para pelaku industri, dan menyaksikan bagaimana kompetisi seperti Indonesia Coffee in Good Spirits Championship menjadi ajang unjuk kualitas dan kreativitas di industri kopi,” ujar Gusti Laksamana, Sekretaris Jenderal AKSI-SCAI.
Sementara dari sisi cokelat, Aprilia Meilisa dari ACBI menambahkan, Indonesia merupakan penghasil coklat terbesar nomor tiga di dunia. Namun sayangnya konsumsi cokelat masyarakat masih kecil dibandingkan dengan negara Eropa yang tidak memiliki pohon cokelat sama sekali.
“Banyak orang belum tahu kalau cokelat lokal punya karakter dan cerita yang unik. Maka dari itu, lewat Café Brasserie Expo dan juga kompetisi Indonesian Drinking Chocolate Competition pengunjung bisa mencicipi, mengenal, dan menghargai proses di balik setiap batang cokelat buatan tangan para pelaku lokal, sekaligus menyaksikan bagaimana kualitas dan kreativitas mereka ditampilkan dalam sebuah kompetisi terbuka,” ujarnya. Dewi