(Bisnistoday.com)-
Diskusi “Peluang dan Tantangan Usaha Pangan di Lingkungan Wanita Tani Pedesaan”
yang diselenggarakan Wanita Tani Indonesia HKTI, di Gedung DPR RI pada Kamis
(26/04/2018) banyak menyoroti peran wanita dalam memperkuat ketahanan pangan di
Indonesia terutama ekonomi pedesaan.
Penggagas diadakannya
diskusi ini adalah Ir. Sharmila, MSi, Ketua Umum Induk Koperasi Wanita
Indonesia (INKOWAPI), yang juga menjabat sebagai Ketua Bidang Ekonomi dan
Koperasi Wanita Tani Indonesia.
Kepada peserta
diskusi, wanita enerjik yang sangat giat membangun sinergi dengan berbagai
instansi pemerintah dan swasta ini,
mengatakan, Wanita Tani Indonesia
HKTI berkomitmen untuk membangun ekonomi desa melalui beberapa hal. Pertama,
terwujudnya penguatan dan pemberdayaan kelompok wanita tani di bidang usaha
pangan untuk memperkuat ekonomi pedesaan. Kedua, meningkatkan kemitraan usaha
antara masyarakat konsumen, produsen dan pelaku usaha industri pangan untuk
mendorong percepatan kesejahteraan petani di pedesaan.
“Dalam rangka
memperingati Hari Kartini 2018 tersebut saya
berharap diskusi ini mendapatkan dukungan dari para narasumber yang
hadir untuk penguatan dan pemberdayaan Kelompok Wanita Tani menuju terwujudnya
ketahanan pangan di pedesaan,”ujarnya.
Diskusi Kartini 2018
ini juga merupakan bagian dari acara DPR
RI dalam rangka mempromosikan produk kopi, teh, dan kakao, serta dalam rangka
HUT HKTI ke-45.
Sharmila, mengamati,
selama ini wanita masih bekerja sendiri sendiri. Oleh karena itu, perlu adanya
gerakan supaya semakin banyak kelompok wanita tani sehingga mereka memiliki
akses dalam membangun ekonomi desa.
Menurutnya, dari 26
juta petani saat ini, wanita taninya ada 7 juta. Kemudian dari 541 ribu
kelompok tani, kelompok tani wanita ada sekitar seribuan. “Perhatian pemerintah
adalah pendekatan kelompok makanya kita memperbanyak kelompok wanita tani, agar
tambah maju,”ujarnya optimis.
Sharmila mengatakan,
perlunya bangun kesadaran dalam membangkit ekonomi wanita tani. Karena salah
satu kunci keberhasilan penumbuhan kelembagaan kelompok tani wanita adalah
kemampuannya untuk memberikan dampak positif pada kehidupan sosial anggotanya
dan manfaat lanjutan bagi komunitas desa.
“Strategi berbasis kolektif seperti membentuk koperasi dan usaha
kecil yang targetnya adalah perempuan
dapat digunakan dalam membangun kelembagaan wanita dalam pembanguan pertanian.
Sharmila mengatakan,
dengan digelarnya diskusi ini, ia berharap ada sinergi antara Kementerian BUMN,
Kementan, dan DPR RI, dengan KWT binaannya.
Dengan Kementerian
BUMN misalnya, dengan memanfaatkan dana PKBL atau CSR. Uang uang itu sekarang disalurkan melalui
kementerian BUMN.
Banyak
produk-produk wanita tani di desa yang
mempunyai potensi besar untuk dikembangkan. Dana dana CSR itu agar tepat sasaran,
setidaknya bisa dimanfaatkan untuk pelatihan dan pembinaan wanita tani di desa untuk mendukung perekonomian di desa.
“Seperti pelatihan memiliki usaha mikro. Karena masyarakat sangat butuh
bimbingan, pelatihan, binaan. Dana-dana tersebut lebih tepat sasaran sesuai
dengan kebutuhan orang desa,”ujarnya.
Sharmila menegaskan,
organisasinya ingin bersama Pemerintah mendorong wanita-wanita tani khususnya
di tingkat pedesaan bisa lebih mandiri, berkreasi dengan UKM, dan berkreasi
dengan hasil-hasil pertanian yang ada di daerahnya, sehingga ketahanan pangan
dan ketahanan ekonomi keluarga bisa diwujudkan.
Dengan dukungan
banyak lembaga dan sinergi seperti dengan Kementerian BUMN, Kementan, dan juga
DPR RI, paling tidak kedepan kita bisa membuat sebuah bisnis model bersama.
“Kita akan mencoba
beberapa produk khususnya di pangan, mulai dari produksi dan pasca panen,
melibatkan BUMN-BUMN dan swasta, untuk bersama-sama membuat bisnis model yang
nantinya benar-benar dirasakan oleh masyarakat,” ujar Sharmila.
Lebih jauh, Sharmila
menegaskan bahwa pihaknya, sebagai pengurus Wanita Tani Indonesia HKTI, akan
terus berkomitmen melakukan pendampingan kepada tiap anggota binaannya. Karena
itu kata dia sebagai teman-teman yang terpilih menjadi pengurus di Wanita Tani
Indonesia HKTI, pihaknya memfasilitasi
mereka membentuk kelompok-kelompok sesuai dengan produk-produknya, basis-basis
daerah tertentu, produknya unggulannya apa. “Ya mari kita bantu karena jutaan wanita yang masih menunggu sentuhan,”
ujar Sharmila.