Bisnistoday – ISACA, organisasi internasional profesi IT kembali menggelar Governance, Risk Management, Assurance, and Cyber Security (GRACS) Summit 2022 secara hybrid di Jakarta pada tanggal 12-13 Oktober 2022. Sebelumnya di tahun 2020 summit dilaksanakan secara online karena pandemi.
Mengusung tema “Digital Trust – Recover with Confidence and Integrity”, yang dianggap selaras dengan dinamika dan berbagai tantangan yang saat ini dihadapi kalangan industry seiring dengan fase recovery post Pandemic era.
Pandemi covid-19 memaksa perusahaan untuk mempercepat proses transformasi digital yang dalam pelaksanaannya membuka peluang munculnya new vulnerability apabila tidak terkelola dengan baik.
Harun Al Rasyid selaku Vice President ISACA Indonesia mengatakan, dengan adanya GRACS Summit 2022 tahun ini, ISACA berharap seluruh pihak kini bisa sama-sama membangun ekosistem digital yang lebih baik ke depannya, lebih memperhatikan aspek-aspek tata kelola teknologi dan informasi secara lebih komprehensif.
“Kita berharap dengan punya kesadaran bersama ini kita bisa membangun digital ekosistem yang lebih baik lagi. Untuk bisa mencegah kebocoran data, bisa mencegah adanya hoaks dan juga penipuan yang berbasis teknologi atau elektronik,” ujar Harun Al Rasyid.
Lebih lanjut Harun menambahkan bahwa kemajuan teknologi di Indonesia sudah sejajar dengan negara-negara lainnya. Teknologi kini menjadi suatu kebutuhan mendasar bagi masyarakat. Sayangnya kesadaran masyarakat akan teknologi digital ini masih kurang.
“Ini menjadi pekerjaan rumah kita bersama tidak hanya pemerintah saja melainkan semua pihak karena membangun kesadaran masyarakat butuh waktu terus menerus. Kesadaran masyarakat perkotaan akan kemajuan teknologi pasti berbeda dengan mereka yang ada di daerah terpencil,” imbuh Harun.
Lebih lanjut, Syahraki Syahrir selaku Presiden ISACA Indonesia memaparkan bahwa pada GRACS Summit 2022 hari ini telah dihadiri oleh 210 peserta yang hadir secara offline sementara, peserta yang hadir secara online berjumlah lebih dari 270 peserta.
“Pada hari ini peserta yang datang secara offline itu sekitar 210, lalu untuk yang online tadi sudah lebih dari 270 ya,” ungkapnya.
“Tujuan kita itu sebetulnya kita sama sama mau menggandeng semua stakeholders ya untuk bisa membangun digital trust itu di dalam ekosistem yang terpercaya,” imbuhnya.
Syahraki juga mengatakan, ekosistem digital kini butuh dukungan dari segala pihak. Dengan demikian, bersama-sama Indonesia pun bisa membangun kepercayaan agar memiliki ekosistem yang baik dan bisa memberikan jaminan kenyamanan kepada masyarakat.
Ekosistem digital kita ini butuh support dari semua pihak baik itu regulators, para industri, lalu dari para penyedia layanan untuk bisa sama sama membangun trust ini supaya kita punya ekosistem yang baik yang bisa memberikan jaminan kenyamanan untuk orang untuk bisa berinteraksi dan bertransaksi lebih jauh,” ujarnya.
Sedangkan Deputi Bidang Pelaporan dan Pengawasan Kepatuhan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mengatakan, PPATK menemukan, tindak pidana yang masuk dalam kategori berisiko tinggi yakni korupsi, narkotika, masalah perpajakan, pertanahan, perutangan, dan penipuan.”Terkait penipuan siber, kami sudah melakukan penilaian sektoral terkait industri tertentu. Jadi masing-masing industri wajib menyampaikan laporan, baik penyedia jasa keuangan, barang dan jasa, termasuk profesi,” jelas dia.
Berdasarkan tipologi atau modus penipuan kejahatan ekonomi yang pertama adalah penggunaan identitas palsu. Kedua, modus yang kerap ditemukan adalah penggunaan nama orang lain sebagai pengalihan oleh pelaku. Dewi