(Bisnistoday.com)-Kini autisme bukanlah kata yang asing bagi
kebanyakan orang. Orang tua yang memiliki anak autisme maupun berkebutuhan
khusus lainnya pun kian membuka diri. Oleh karena itu, informasi yang memadai
mengenai anak berkebutuhan khusus dan segala keperluannya baik dari segi
pendidikan, terapi hingga kesehatan pun dibagi dan disebarkan. Namun apakah
masyarakat telah memahami dan menerima para individu berkebutuhan khusus
tersebut?
Pesan inilah yang ingin disampaikan London School Center of
Autism Awareness (LSCAA) dalam rangka Autism Awareness Festival (AAF) 10th, Acara yang telah rutin
dilakukan sejak satu dekade yang lalu dalam rangka memperingati hari autis
sedunia yang bertepatan pada setiap tanggal 2 April. Mengusung tema “Understand,
Accept, & Love” rangkaian acara ini dimulai dengan seminar dan sharing
bertemakan “Kreativitas Dalam Mempersiapkan Remaja Berkebutuhan Khusus”. Ada
empat pembicara dengan topik yang berbeda berbicara mengenai autism. Di sesi
pertama, Dang Uy Koe – Chair Emeritus of The Autism Society of Phillipines and
Chairperson of ASEAN Autism Network – membagikan kisahnya sebagai ibu dengan
anak autisme dan perjuangannya agar masyarakat Filipina dapat memahami dan
menerima indvidu autistik. Begitu banyak usaha yang dilakukannya demi sang buah
hati.
Pembicara kedua, Penny Handayani, M.Psi, seorang psikolog
membicarakan mengenai bagaimana anak-anak berkebutuhan khusus tersebut dapat
menjadi seorang pribadi yang mandiri dan mampu bekerja baik untuk diri sendiri.
Bagaimana orang tua dapat mengetahui minat dan bakat anak hingga dapat
mengarahkan anak-anak tersebut dapat bekerja sesuai dengan minatnya.
Social media kini juga dapat dimaksimalkan sebagai wadah
untuk pembelajaran dan lapangan kerja. Banyak profesi baru hadir dari medium
berbasis teknologi ini, sebut saja selebgram, youtuber hingga vlogger yang saat
ini menjadi kiblat trend para anak muda khususnya generasi milenial. Servo
Caesar Yoga – seorang content creator hadir untuk memberikan tips bagi para
orang tua dalam memantau aktivitas anak-anaknya di social media dan juga
bagaimana dapat memaksimalkan kemungkinan social media menjadi lapangan
pekerjaan baru bagi anak berkebutuhan khusus.
Pembicara keempat adalah seorang public figure yang memiliki
anak dengan Asperger Syndrome. Beliau membagikan pengalamannya dalam
membesarkan seorang anak berkebutuhan yang saat ini telah aktif menjadi seorang
junior legal.
“Sepuluh tahun yang lalu, LSCAA mulai aktif memberikan
informasi seputar autisme. Masyarakat dapat menanyakan terapis, dokter hingga
sekolah bagi anak-anak berkebutuhan khusus. LSCAA juga melakukan berbagai
kegiatan diantaranya seminar bagi orang tua dan guru, pentas seni bagi
anak-anak berkebutuhan khusus, pameran hasil karya dan juga membentuk komunitas
“sahabat special”. Kini, LSCAA menujukan
perhatiannya tak hanya kepada anak-anak namun juga merambah pada remaja dan
individu autistik dewasa. Bagaimana orang tua dapat mempersiapkan anak-anaknya
sebagai individu mandiri. Harapannya, para individu autistik ini dapat memiliki
kemampuan yang mumpuni, mampu menghidupi (setidaknya) dirinya sendiri.” Ujar
Prita Kemal Gani – Founder & Director London School of Public Relations –
Jakarta sekaligus inisiator LSCAA.
Individu dengan autisme memang tidak memiliki ciri fisik
yang khusus, sehingga tak banyak yang memahami mereka. Ini jugalah yang kerap
menjadi permasalahan saat mereka berada di tempat umum dan juga bersosialisasi
dengan masyarakat umum.
“LSCAA akan terus berusaha untuk menyebarkan informasi dan
mengedukasi masyarakat tentang autisme, kami ingin masyarakat memahami,
menerima dan juga mencintai individu dengan autistik, karena bagaimanapun
mereka juga sama seperti kita yang memiliki emosi dan perasaan. Hanya saja
mereka tidak mampu mengungkapkannya sebagaimana individu umumnya. Kami berharap
kegiatan ini dapat terus berkelanjutan demi masyarakat yang ramah akan anak
berkebutuhan khusus” Ujar Chrisdina – Head of LSCAA.
Selain seminar, AAF 10th juga akan mengadakan konser, Fun
games, Pentas Seni, Peragaan busana yang terinspirasi dari lukisan seorang
remaja autisme serta pameran lukisan yang dilukis oleh para remaja autisme.
Busana yang juga diperagakan oleh remaja berkebutuhan khusus ini dirancang oleh
Adra dengan mengusung label Adraworld. Dukungan lain adalah penyelenggaraan
lelang lukisan yang dilukis remaja autisme oleh Artotel. Pameran dan lelang
lukisan tersebut merupakan kegiatan Artotel dalam rangka menunjukan kepedulian
kepada hasil karya remaja autisme. Seluruh keuntungan dari hasil penjualan
busana dan lelang lukisan akan disumbangkan kepada yayasan pegiat autisme yang
membutuhkan.
London School Centre for Autism Awareness (LSCAA) merupakan
bagian dari kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) LSPR-Jakarta sebagai
bentuk kepeduliannya terhadap anak-anak berkebutuhan khusus yang salah satu
karakteristiknya memiliki kesulitan dalam berkomunikasi baik verbal ataupun
non-verbal. Melalui LSCAA, LSPR-Jakarta berharap dapat mengkomunikasikan
mengenai autisme kepada masyarakat Indonesia. Berbagai kegiatan telah
diselenggarakan oleh LSCAA seperti acara tahunan Autism Awareness Festival,
Workshop for Parents, Pembuatan produksi film pendek “Saudaraku Berbeda”, Teachers
Training, dan masih banyak lagi guna mengkomunikasikan perihal sosialisasi
autisme. Hingga saat ini, LSCAA telah memberikan pelatihan kepada 5028 guru
yang mewakili 1616 Sekolah Dasar se-Jabodetabek. Pemutaran film “Saudaraku
Berbeda” telah dilakukan di 24 sekolah dan ditonton oleh 3131 siswa. Orang tua
pun dilibatkan dengan berbagi pengalaman dengan yang lainnya yang telah diikuti
oleh 264 orang.
London School of Public Relations – Jakarta yang berdiri
sejak 1 Juli 1992 adalah sebuah perguruan tinggi swasta yang menyelenggarakan
program sarjana ilmu komunikasi yang terbagi atas enam konsentrasi pilihan
yaitu, Public Relations, International Relations, Marketing, Mass
Communication, Digital Media Communication & Advertising dan Performing
Arts Communication, serta program pasca sarjana yang terbagi menjadi empat
konsentrasi yaitu Corporate Communication, Marketing Communication,
International Relations Communication dan Mass Media Management. Saat ini LSPR
– Jakarta memiliki 20.000 lulusan serta sebanyak 6.536 mahasiswa dan mahasiswi
aktif.
Data LSPR Career Centre menunjukkan tingkat serapan lulusan
LSPR-Jakarta di dunia kerja mencapai 90% lulusan. LSPR Career Centre selain
menyelenggarakan seminar dan pelatihan, menyediakan informasi lowongan pekerjaan,
juga membantu menyalurkan para alumni ke bidang pekerjaan yang mereka inginkan
baik dalam dan luar negeri.
Sejak tahun 2002, LSPR selalu mendapat pengakuan dari Badan
Akreditasi Nasional dengan nilai A. Untuk program S1 LSPR telah mendapat pengakuan
internasional dari lembaga akreditasi internasional yakni The London Chamber of
Commerce and Industry Examination Board (LCCI) United Kingdom dan City and
Guilds UK sedangkan untuk Program S2, LSPR menjalin kerjasama dengan Edith
Cowan University Australia dan City and Guilds UK.
Pada 9 November 2016, LSPR telah menerima surat keputusan
Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 345/M/KPT/2016 mengenai
tentang penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh pada lingkup program studi Ilmu
Komunikasi. LSPR juga mendapatkan tiga penghargaan dari KEMENRISTEK DIKTI pada
tanggal 30 November 2016 dengan predikat Peringkat I di Kalangan Sekolah Tinggi
untuk Aspek Kelembagaan, Peringkat I di Kalangan Sekolah Tinggi untuk Aspek
Kemahasiswaan dan Peringkat II di Kalangan Sekolah Tinggi untuk Aspek
Ketenagaan. (Rizka)