Bisnistody- Pandemic memaksa masyarakat dunia untuk mengubah kebiasaannya sehari-hari termasuk dalam bekerja. Kini masyarakat banyak melakukan pekerjaan dari rumah (WFH) dengan memanfaatkan penggunaan internet. Sayangnya penggunaan internet secara signifikan, tidak selalu sejalan dengan peningkatan produktifitas.
Produktifitas pun tidak bisa diukur hanya dengan peningkatan penggunaan internet. Hal itu karena menurut pakar, produktivitas sendiri dapat diartikan bagaimana kita mencapai tujuan dengan sumber daya dan usaha yang seminim mungkin.
“Sebelum 2 tahun lalu nggak banyak orang berpikir tentang produktivitas. Dulu Kerja itu segala sesuatu yang tampak, selama prosesnya bekerja, itu namanya bekerja. Tapi pandemic ini mengajarkan kita mengubah cara kita beraktivitas. Sebelum pandemi kita hanya fokus pada 1 pekerjaan. Ketika pandemi, banyak peran di satu tempat. Apalagi sejak ada penggabungan antara pekerjaan di rumah dan di kantor, maka orang mulai berpikir. Saya nggak produktif, bagaimana supaya saya dapat produktif,” kata Ivandhana, seorang Personal Productivity Coach, pada acara sharing session gerakan #akuberdaya bekerjasama dengan asosiasi trainer Tempa Trainers Guild (TTG), baru-baru ini.
Menurut Ivan, sibuk tidak sama dengan produktif. Sebab, seseorang yang berkutat dengan smartphone juga terlihat sibuk. Tapi apakah sibuk terkait pekerjaan karena harus berinteraksi dengan banyak orang di kantornya atau sekadar berselancar di internet , membuka-buka laman social medianya untuk update status?.
“Kalau bicara hal ini, setiap orang punya pandangan berbeda terhadap produktivitas. Produktif itu apa? Ternyata nggak banyak orang yang tahu konsep dari produktivitas itu seperti apa. Istilah produktivitas dari serapan bahasa inggris , terdiri dari 2 kata: product dan activity. Diartikan dalam bahasa Indonesia, produktivitas adalah kegiatan untuk menghasilkan barang atau jasa,” papar Ivan.
Sayangnya masih banyak yang beranggapan bahwa meningkatkan produktivitas diri adalah tentang membuat diri kita bekerja dan beraktivitas lebih lama. Padahal tidak seperti itu, produktivitas bukan tentang bekerja lebih lama, melainkan bagaimana kita bekerja lebih sedikit dengan waktu yang makin minim namun dengan hasil yang luar biasa
“Contohnya begini , kalau dulu bikin kue, 2 jam jadi 1 kue. Tapi kemudian bisa bikin 2 kue, dalam 1 jam. Itu Namanya produktif. Indikasinya dari inputnya sama, hasilnya lebih banyak,” ujar Ivan.
Di masa kini, produktivitas sangat dibutuhkan karena dengan cara tersebut kesenjangan ekonomi dapat teratasi.
Dikatakan Ivan, setiap orang di dunia ini memiliki kesempatan yang sama sehari dalam 24 jam untuk melakukan aktivitas kerja. Tapi mengapa hasilnya berbeda? Sebab orang-orang yang mengerti nilai pada dirinya, setiap menit itu tidak mereka sia-siakan.
“Sebenarnya setiap orang punya nilai dalam dirinya. Salah satu contohnya, Jeff Bezos dalam 1 menit bisa menghasilkan 2 Milyar, Neymar 889 juta dollar, Bill Gate menghasilkan ½ juta dollar dalam 1 detik. Kenapa Jeff Bezos mahal? Karena value dari setiap aktivitas dia saat membangun Amazon, itu yang membuat dia mahal. Begitu pula dengan Neymar, Bill Gate atau yang lainnya,” papar Ivan, lagi.
Ivan pun memberi tip bagaimana agar waktu tidak terbuang percuma, salah satunya tentukan apa yang menjadi tujuan dan kemudian segera lakukan apa yang mau dilakukan (action).
Sementara itu, Desainer Nina Nugroho sebagai pencetus gerakan #akuberdaya mengatakan para wanita kerap dihadapkan pada kesulitan dalam mengatur waktu.
“Kadang kala kita sebagai wanita tidak bisa selalu berada di satu tempat. Tapi sering kali antara satu kepentingan dengan kepentingan yang lain saling bertabrakan. Misalnya terkait urusan kita di kantor dan kapasitas kita sebagai ibu, istri atau anak. Terkadang harus menemani anak yang sedang sakit, misalnya. Tapi di satu sisi kita tetap harus bisa menjalankan kewajiban di kantor,” ucap Nina Nugroho.
Oleh sebab itu, dalam rangkaian kegiatan setahun penuh kampanye #akuberdaya, Nina Nugroho berinisiatif menghadirkan banyak pakar untuk menjawab setiap persoalan yang dihadapi para wanita multi peran.
Dijelaskan Nina Nugroho, terdapat 4 tema besar yang menjadi tantangan wanita multi peran di masa kini, antara lain; karier, profesi, family dan social.
“Itu yang butuh jawaban atau solusi dari yang para coach atau yang menguasai di bidangnya. Bagaimana kita dapat bekerja lebih sedikit, bagaimana kita bisa membantu diri sendiri dan lingkungan kita. Dengan demikian, para wanita akan semakin mudah terlejitkan keberdayaannya. Tema hari ini luar biasa sekali, yaitu bagaimana kita dapat produktif dimana saja,” pungkas Nina Nugroho. Dewi