Bisnistoday- Ingin minum kopi tapi bukan hanya sekedar minum kopi? Coba deh ke kedai Koptul alias Kopi Tuli yang berada di jalan Krukut Raya No. 70 Cinere Depok. Disini sambil menyeruput kopi, anda juga bisa belajar bahasa isyarat yang digunakan sehari-hari. Inilah uniknya nyeruput kopi disini yang tidak anda dapat di kedai-kedai kopi lainnya. Keren kan!.
Dari namanya kedai Kopi Tuli ini memang berbeda, karena semua karyawannya tunarungu (tuli). Jadi jika ingin memesan kopi, anda harus menggunakan bahasa isyarat. Tapi eits tenang saja, bahasa isyarat yang digunakan sangat mudah dan ada petunjuknya dengan melihat simbol Bisindo yang sudah ada disana.
Adhika Prakoso selaku pemilik Kedai Kopi Tuli mengatakan, jika peluang bisnis kedai kopi sangat besar di Indonesia. Apalagi dengan bahan baku yang melimpah tersedia disini. Adhika pun mulai mengajak rekannya yang juga tunarungu, Putri untuk membuka kedai kopi bernama Koptul alias Kopi Tuli.
“Tujuan dibukanya Koptul ini karena kami ingin memberdayakan kaum tunarungu agar bisa mandiri. Selain itu karena sulitnya mendapatkan pekerjaan yang layak karena memiliki keterbatasan. Inilah yang menjadi semangat kami untuk membuka usaha agar teman-teman tuli bisa memperoleh pekerjaan yang layak,” imbuhnya.
Lebih lanjut Adhika menambahkan, dipilihnya bisnis kedai kopi ini karena juga kecintaannya akan kopi. Ia mengambil kursus singkat untuk belajar meracik dan mengelola bisnis kopi di Toffin.
“Belajar dan dapat mesinnya di Toffin. Satu minggu belajar. Jadi saya belajar mengoperasikan mesin pembuat kopi dan juga bisnisnya. Semua lebih mudah karena saya memang pecinta kopi dan sudah punya basic meramu kopi,” kata Adhika.
Sarjana lulusan Desain Komunikasi Visual di Binus University ini membuat sendiri desain simbol Bisindo hingga logo Kopi Tuli. Karena nama kopi di sini juga diberi simbol A, B, C, D, E, F, G, H, I untuk mempermudah pengunjung ketika akan memesannya. Anda pun cukup maka cukup menyebutkan abjad saja saat memesan kopi.
Sayangnya selama pandemi ini, Putri salah satu pemilik Koptul juga mengatakan bisnisnya mengalami penurunan omzet hingga 60 persen karena di Koptul itu lebih ke Dine- in dibanding online karena pengujung lebih suka berinteraksi dengan pegawai agar dapat belajar bahasa isyarat.
“Ya kita berharap pandemi ini segera berkahir dan bisa seperti dulu lagi. Dengan adanya penurunan level PPKM kami tetap melakukan prokes ketat disini. Kami mendukung kebijakan pemerintah agar semua berjalan dengan baik,” imbuh Putri.
Dan lanjut Putri dan untuk tetap bisa survive di tengah keadaan seperti ini, Koptul menangkap peluang-peluang yang ada dengan berkolaborasi dengan perusahan perusahan dan kampus di tanah air. Dewi