Bisnistoday-Perusahaan Pialang Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK), PT Mentari Mulia Berjangka menggelar seminar bertajuk “Indonesia Derivative Reach International Market Summit 2019” di Hotel Mulia Jakarta, Kamis (5/12/2019).

 
Chief Executive Officer (CEO) PT Mentari Mulia Berjangka, Taufiqurohman atau Opik mengatakan, seminar ini bertujuan untuk mensosialisasikan, sekaligus mengedukasi masyarakat terkait potensi instrumen investasi PBK. 
 
“Selama ini Bappebti, Self Regulatory Organization (SRO) dan Pialang sudah cukup aktif melakukan sosialisasi dan edukasi PBK, namun belum cukup optimal membuka wawasan masyarakat terhadap instrumen investasi ini. Karena itu kami berkomitmen untuk melakukan kegiatan ini secara terus menerus,” ujarnya. 
 
Menurutnya PBK merupakan salah satu bentuk investasi yang kian menarik perhatian para pengelola dana. Terlihat dari jumlah investor PBK yang terus meninggi seiring dengan signifikannya potensi keuntungan dari produk yang ditransaksikan di Bursa Berjangka. 
 
Sebagaimana diketahui, berdasarkan undang-undang No. 10/2011 amandemen dari undang-undang No. 32/1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi menyatakan bahwa, PBK adalah segala sesuatu yang berkaitan jual beli komoditas dengan penarikan margin dengan penyelesaian kemudian berdasarkan kontrak berjangka, kontrak derivatif syariah dan atau kontrak derivatif lainnya. 
 
Dalam hal ini, komoditi merupakan sesuatu yang dapat dijadikan sebagai subyek kontrak berjangka untuk derivatif syariah dan atau kontrak derivatif lainnya yang diatur dengan peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. 
 
Komoditi yang ditransaksikan pun berbagai macam, mulai dari produk primer seperti produk pertanian, pertambangan, dan energi, hingga berbagai produk finansial seperti indeks saham dan mata uang asing atau yang lebih dikenal dengan foreign exchange (forex). 
 
“Semakin tingginya minat masyarakat untuk terlibat dalam PBK ditandai dengan tren lonjakan volume transaksi kontrak multilateral dan kontrak Sistem Perdagangan Alternatif (SPA) baik di Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) maupun Bursa Berjangka Derivatif Indonesia (BKDI) dalam beberapa tahun terakhir,” urainya. 
 
Data Bappebti menunjukkan bahwa transaksi BBJ dan BKDI pada 2016 mencapai 7.012.220 lot atau meningkat 6,40% dari tahun sebelumnya. Pada 2018, peningkatannya mencapai 25,20% atau menjadi 8.821.762 lot. 
 
Adapun, volume transaksi kontrak berjangka pada Januari–Agustus 2019 tercatat sebesar 7.043.116 Lot. Jumlah itu diperkirakan terus meningkat seiring masifnya upaya sosialisasi dan edukasi terkait pilihan investasi PBK. 
 
Disampaikan Opik, potensi dari PBK ini perlu disampaikan ke masyarakat, salah satunya dalam bentuk seminar yang digelar hari ini. Dikatakannya kegiatan “Indonesia Derivative Reach International Market” Summit 2019, menghadirkan pembicara bertaraf global di bidang bursa berjangka, antara lain Lawrence Kook, Director of Cambodia Derivative Exchange; Du Liqun, Deputy Director of China Credit Research Center, dan Sou Socheat yang menjabat sebagai President Director of Securities and Exchange Commission of Cambodia. 
 
Panel diskusi tersebut membahas potensi pasar berjangka atau derivatif dengan beragam produknya pada 2020. “Tidak hanya di Indonesia, potensi PBK di sejumlah negara Asia Tenggara pun terbuka. Apalagi, baik BBJ terus memperluas kerja sama dengan beberapa bursa berjangka luar negeri. Harapannya, investor asing akan semakin banyak masuk ke perdagangan berjangka dalam negeri papar Opik.
 
Kendati demikian, tidak hanya untuk memperdagangkan kontrak berjangka dari bursa luar ke dalam negeri, tetapi kerja sama ini juga berpotensi membuat kontrak komoditas dalam negeri dapat diperdagangkan juga di luar negeri, khususnya di Asia Tenggara.
 
Jika akhirnya minat investor asing membuat perdagangan bursa berjangka menjadi ramai, maka Indonesia semakin cepat mencapai mimpi untuk menjadi acuan harga komoditas dunia. 
 
Seperti diketahui, Indonesia merupakan produsen dan eksportir terbesar di dunia untuk beberapa komoditas, seperti kelapa sawit, karet, nikel, dan timah sehingga potensi untuk menjadi harga acuan komoditas sangat besar. 
 
Penandatangan Nota Kesepahaman
 
Selain panel diskusi, dalam forum internasional itu PT Mentari Mulia Berjangka Peking University menandatangani nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) terkait pertukaran informasi dalam penelitian dan data di bidang derivatif dan perdagangan berjangka. 
 
Nota kesepahaman juga akan diteken antara PT Mentari Mulia Berjangka dengan First Gold sebagai penasihat dan konsultan di perdagangan berjangka. Sejumlah kesepakatan itu diarahkan kepada pengembangan PBK dalam negeri dan edukasi kepada masyarakat luas. 

 
“Mentari Mulia Berjangka bersinergi dan berkomitmen untuk terus melanjutkan edukasi tentang derivatif dan perdagangan berjangka demi mengembangkan potensi pasar derivatif di Indonesia hingga internasional. Kami berkomitmen membangun dan memperkuat SDM yang handal serta membuat inovasi baru dalam pelayanannya kepada nasabah, agar dapat lebih kompetitif di dunia perdagangan berjangka komoditi. juga terus memberikan sosialisasi dan edukasi perihal perdagangan berjangka komoditi kepada masyarakat umum“ pungkas Opik. Dewi

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *