Bisnistoday- Bagi Kebanyakan masyarakat, bisnis kuliner merupakan bisnis yang menjanjikan serta mendatangkan banyak keuntungan. Sepintas bisnis ini terlihat mudah. Namun pada kenyataannya di lapangan, apakah bisnis kuliner memang mudah dijalankan? Apalagi bisa menjadi kuliner yang melegenda.

Stephen, Managing Director National Culinary Service Academy (NCSA), saat talkshow Meet The Legend di Gandaria City, Jakarta, Sabtu (2/2), hampir 70% start up di bisnis kuliner mengalami kerugian. “Karena bisnis kuliner termasuk bisnis yang tergolong rumit, membutuhkan banyak inovasi dan kreativitas,” kata Stephen.

Namun Stephen menggarisbawahi, ada bisnis kuliner yang bisa bertahan dan bahkan bisa melegenda. Hal inilah yang disampaikan oleh para pembicara dalam talkshow Meet The Legend.

Tidak tanggung-tanggung dua tokoh kuliner besar Indonesia hadir dia acara yang terselenggara atas kerjasama Ariston Peduli, NCSA dan Indonesian Chef Associaton (ICA) ini. Dipandu oleh Chef Lucky Permana yang juga Vice President bidang Profesi dan Pendidikan ICA pusat.

Sisca Soewitomo, salah satu narasumber yang hadir dan merupakan guru kuliner yang terkenal di Indonesia dan mancanegara.

Dari tangan perempuan kelahiran April 1949 ini, telah membantu para juniornya menjadi chef-chef berkelas di Tanah Air.

Bukan hanya itu, Sisca Soewitomo juga sudah menulis 150 judul buku kuliner, termasuk 2 buku dalam bahasa Inggris.

Selain itu, ada juga Calvin Hartono Putra sulung dari Juliana Hartono Sang pendiri Gado-Gado Boplo.
Calvin mengisahkan jatuh bangun bagimana ibunya memulai usaha yang mulai ada tahun 1970.

“ Ia memulai jualan gado-gado dengan menggunakan sebuah meja dan sebuah etalase kecil di dalam gang kecil di bilangan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Pembelinya pun waktu itu masih tetangga,” ungkap Calvin.

Lanjut Calvin, kenapa memilih makanan Gado-gado? Karena berfikir bahan-bahan gado-gado mudah didapat dan orang sering memakannya. Ibu waktu itu juga aktif ikut lomba sana sini dan berhasil menjadi juara pertama. Hingga akhirnya pada tahun 1980, sang ibu berkolaborasi dengan sang adik.

Lanjut Calvin, setidaknya ada tiga tips yang bisa dilakukan untuk sukses dalam bisnis kuliner, yakni pertama Start small, ibunya memulai usaha dengan modal Rp 500 dan dijual dengan Rp 25/porsi.

“Ga perlu langsung ingin membuat sesuatu yang besar dulu. Kedua adalah fokus dengan menu yang akan dijual. Jangan tergoda untuk membuat menu baru diluar dari konsep yang awal. Justru harus konsisten dengan yang sudah tetapkan. Atau tinggal dikembangkan saja,” ungkapnya.

Dan ketiga bagi Calvin yakni giving atau berbagi. “Yakinkan untuk konsisten dalam berbagi dengan sesama. Karena, berbagi itu adalah alat promosi yang sangat diyakini oleh Gado gado Boplo sebagai alat yang efektif dalam menjual,” imbuh Calvin.

Dan kini, usaha sang ibu dan Calvin menuai kesuksesan. Gado-gado Boplo menjadi salah satu tempat favorit keluarga untuk menikmati makanan khas tanah air. Dan tidak menutup kemungkinan, Gado-gado Boplo akan investasi ke luar negeri.

“Yang pasti, nantinya akan kami pilih beberapa Negara di mana jumlah WNI-nya cukup banyak. Dan saat ini Jakarta dan pulau Jawa khususnya memang menjadi market besar dan potensial. Kami juga akan fokus kesityu” kata Calvin.

Acara ini diselenggarakan dengan tujuan bisa edukasi generasi milenial agar mencintai kuliner Indonesia dan sekaligus bisa menjadi bagian ahli kuliner itu sendiri.

“Apa yang diungkapkan ibu Sisca Soewitomo dan ibu Juliana Hartono lewat Anaknya, keduanya mempunyai benang merah yang sama yaitu jika ingin sukses maka harus fokus, konsisten dan tekun,” kata Chef Lucky. Dewi

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *