Bisnistoday- Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan akan terjadi bencana alam. Masyarakat pun harus tanggap saat terjadinya bencana alam.

Berdasarkan prediksi dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) yang menyatakan bahwa terdapat 2.500 bencana yang akan terjadi di tahun 2019 ini.

Beranjak dari hal tersebut, Rumah Zakat meresmikan Rumah Zakat Action yang bertujuan untuk ikut serta membantu warga yang terdampak bencana, baik di Indonesia maupun di dunia.

Nur Efendi, CEO Rumah Zakat mengatakan Selain pemberdayaan di bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan lingkungan, Rumah Zakat juga membentuk Program Kesiap-siagaan Bencana di wilayah Desa Berdaya yang berpotensi terkena bencana. Masyarakat di wilayah binaan Rumah Zakat, nantinya akan mendapatkan edukasi dan pelatihan mengenai kesiap-siagaan bencana.

“Dengan adanya Rumah Zakat Action yang mempunyai Program Kesiap-siagaan Bencana di wilayah Desa Berdaya, diharapkan masyarakat yang berada di wilayah rawan bencana akan lebih sigap. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk antisipasi untuk menyelamatkan diri dari bencana,” ujar Nur Efendi yang ditemui saat peresmian Rumah Zakat Action di Jakarta, 15/01/19.

Lanjut Nur, Tim kemanusiaan inilah yang nantinya akan menjadi ujung tombak Rumah Zakat dalam hal kemanusiaan, terutama dalam hal Penanggulangan bencana.

“Tim Rumah Zakat Action ini akan berperan mulai dari mitigasi bencana melalui pembentukan desa tangguh di Desa Berdaya Rumah Zakat, penanganan tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi dengan lebih terstruktur dan terukur bagi suatu wilayah terdampak bencana agar dapat bangkit kembali,” imbuhnya.

Seperti bencana Tsunami Selat Sunda yang terjadi beberapa waktu lalu, Rumah Zakat Action yang merupakan Unit Penanggulangan Bencana Rumah Zakat telah menurunkan 50 relawan untuk membantu proses evakuasi dan mengirimkan bantuan sejak hari pertama bencana terjadi.

Rumah Zakat Action sendiri telah menyiapkan Program Penanggulangan Bencana berdasarkan fase dan jangka waktu yang ditetapkan pemerintah setempat, mulai dari fase tanggap darurat, fase transisi, dan fase recovery yang merupakan program pemberdayaan berkelanjutan.

“Selama tahun 2018, total aksi Penanganan Bencana yang telah dilakukan Rumah Zakat antara lain terbentuknya 40 desa tangguh bencana, empat sekolah siaga bencana, serta aksi penanganan tanggap darurat pada 162 titik bencana dengan jumlah penerima manfaat sebanyak 301.145 orang,” ungkapnya.

Di sisi lain lanjut Nur Efendi, sepanjang 2018 program kemanusiaan luar negeri telah dilaksanakan di Palestina, Suriah, Bangladesh, dan Myanmar, dengan 19 jenis bantuan yang telah membantu 153.154 orang penerima manfaat, seperti sembako, obat-obatan, selimut, solar cel, sekolah, dan lain sebagainya.

Pihaknya juga mencoba untuk membuat model Desa Berdaya sebagai program pemulihan bencana secara berkelanjutan, hal ini sudah diimplementasi pada lokasi bencana gempa-tsunami Lombok dan di Palu.

Berdayakan Masyarakat Desa

Sebagai catatan hingga akhir tahun 2018, tercatat sebanyak 4,6juta orang telah menjadi penerima manfaat layanan yang diberikan Rumah Zakat, mulai dari Aceh hingga Papua. Adapun beragam program pemberdayaan tersebut diimplementasikan di 1.259 Desa Berdaya yang tersebar di 30 provinsi dan 213 kota dan kabupaten di Indonesia.

Desa Berdaya merupakan cara Rumah Zakat memberdayakan masyarakat desa melalui pendekatan yang terintegrasi antara pembinaan ekonomi, pendidikan, kesehatan, lingkungan, hingga kesiap-siagaan bencana. Melalui aktivitas pembinaan dan pendampingan secara berkala tersebut, diharapkan Desa Berdaya dapat mendorong warga ke arah kemandirian, baik individual maupun komunitas.

“Dengan fokus pada pemberdayaan komunitas dan individu, insya Allah Rumah Zakat yakin Desa Berdaya akan menjadi solusi yang integratif untuk pemulihan daerah pasca bencana. Target kami tahun 2019 ini ada 1.800 desa berdaya di 34 provinsi, agar semakin banyak warga yang mandiri,” tuturnya.

“Alhamdulillah, di tahun 2018 ada 46% penerima manfaat yang diintervensi program ekonomi berhasil keluar dari garis kemiskinan,” tambah Nur. Dewi

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *