Bisnistoday- Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menekan emisi karbon hingga 29% pada tahun 2030. Untuk itu pemerintah memberikan perhatian besar untuk pengembangan dan penggunaan energi terbarukan.
Indonesia juga berkomitmen untuk menggunakan energi terbarukan hingga 23% pada tahun 2025 dari total bauran energi. Tentu saja, banyak negara-negara maju yang memiliki teknologi canggih dan pengalaman dalam penerapan energi terbarukan memperkenalkan ke Indonesia, salah satunya Jepang.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Jepang melalui The Japan Business Alliance for Smart Energy Worldwide (Jase-W) memperkuat kerja sama (EBT).
Japanese Business Alliance for Smart Energy for Worldwide (JASE-W) menggelar forum diskusi untuk memperkenalkan teknologi hemat energi dan energi terbarukan unggul dari Jepang guna menyelesaikan isu energi yang ada di Indonesia. Forum ini bertajuk Japan – Indonesia Business Forum for Energy Efficiency Conservation and Renewable.
Masashide Shima, Managing Director of energy Conservation Center Japan, mengatakan, forum ini menjadi wadah berkumpul sekaligus bertukar pikiran antar pemangku kepentingan khususnya di bidang energi dan konservasi.
“Kami berharap melalui ajang ini didapatkan solusi untuk menyelesaikan isu energi yang ada Indonesia, tentunya dengan memperkenalkan teknologi hemat energi dan energi terbarukan unggulan dari negara Jepang,” ujar Masashide.
Lanjut Masashide, diakuinya penerapan teknologi di Jepang selangkah lebih maju dari Indonesia. Untuk itu, Indonesia dapat belajar langsung dari sumbernya, sehingga ke depannya tercetus beberapa solusi yang tepat guna dan sasaran. “Kerja sama antara Jepang-Indonesia bukan sekadar pada teknologi, tapi juga transfer pengetahuan,” tambahnya
Executive Committee Chairman of Japan-Indonesia Business Forum Industri for Energy Efficiency Conservation and Renewable Energy Nobuaki Aoyama mengatakan, forum ini bertujuan memberikan sumbangsih positif di bidang energi dan konservasi bagi kedua belah pihak sekaligus memperkuat hubungan kerja sama antara Jepang dan Indonesia.
“Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar dan bervariasi sehingga bisa untuk dikembangkan. Namun mekanisme penetapan tarif listrik pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) dianggap masih tidak sesuai dengan semangat percepatan pemanfaatan EBT untuk kelistrikan nasional,” ungkap Nobuaki
Nobuaki meniilai, keekonomian proyek EBT kerap kali tidak terpenuhi ketika dilakukan kajian. Salah satunya karena penerapan tarif EBT. “Harga beli di Jepang dengan feed in tariff. Cara itu membuat investor akan tertarik,” katanya.
“Banyak pengusaha Jepang yang mau disini, akan tetapi jika melihat regulasi di Indonesia seperti ini akan menjadi berat. “Perlu ada upaya lebih longgar karena dari investor banyak tapi ketika mulai hitungan-hitungan tidak masuk,” imbuhnya.dw