BISNISTODAY.COM, Purwakarta-Outward Bound Indonesia (OBI), pelopor pendidikan luar ruang (Outdoor Education) di Indonesia, melaksanakan program Ekspedisi Bhinneka Bagi Bangsa 2018 yang bertajuk: Merenda Mutiara Nusantara di kawasan Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat yang berlangsung pada 15-19 Agustus 2018.
Ekspedisi tersebut diikuti oleh 33 Pelajar dari provinsi di seluruh Indonesia. Dari jumlah itu peserta penyandang disabilitas sebanyak 19 Orang atau sebesar 60% Dari Jumlah Total Peserta. Rinciannya Adalah Peserta Tuna Netra Sebanyak 11 Orang, Tuna Daksa 3 Orang, Tuna Rungu Dan Wicara 5 Orang.
“Saya sangat bangga dengan mengikuti kegiatan ini. Awalnya takut namun keyakinan dan semangat bawa saya bisa, sehingga berani melakukan, seperti panjat tebing maupun ketika di air. Dari pengalaman ini, membuktikan, bukan soal bisa atau tidak tapi mau atau tidak untuk melakukan. Dan saya mau melakukan dan berhasil menumbuhkan semangat percaya diri. Saya bertemerimakasih kepada instruktur dan OBI. Saya bangga, karena di sini juga ada semangat kerjasama, tanpa memandang suku, agama, ras maupun fisik. Benar benar pancasila,”ujar seorang peserta Disabilitas.
Wendy Kusumowidagdo Executive Director Outward Bound Indonesia, dalam jumpa media, Ekspedisi Bhinneka Bagi Bangsa di OBI Eco Campus, Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat, pada Minggu (19/8/2018), mengatakan, program Ini Adalah Pendidikan Karakter Berbasis Ekspedisi Alam Bebas Pertama di Indonesia.
“Survei Internal OBI dan Riset English Outdoor Council Menyebutkan Outdoor Education Merupakan Metode Efektif Dalam Pendidikan Karakter dan Pengembangan Potensi Diri Anak-Anak Muda,”ujarnya.
Menurut Wendy Kusumowidagdo, ekspedisi ini merupakan program beasiswa dan pendidikan luar ruang yang diberikan OBI kepada siswa/siswi dari berbagai daerah dan latar belakang beragam yang dipersatukan untuk memupuk pengembangan karakter, memacu semangat kebangsaan dan keberagaman dengan menggunakan metode pendidikan berbasis petualangan luar ruang (Outdoor Adventure) dan didampingi oleh tenaga pendidik luar ruang (Outdoor Educators) yang profesional serta berpengalaman.
“Misi kami menggalang dana melalui sponsorship untuk memberikan kesempatan bagi pelajar dari keluarga pra-sejahtera untuk mengikuti pendidikan berbagai macam ketrampilan yang dilatih oleh tim instruktur di program Ekspedisi Bhinneka Bagi Bangsa di tahun ini,” ujarnya.
Peserta mengikuti keseluruhan berbagai macam kegiatan untuk menumbuhkan rasa kepercayaan diri, kemandirian dan kerjasama tim dalam keberagaman untuk berkontribusi positif terhadap pembangunan karakter Indonesia. Rangkaian kegiatan itu diantaranya Outdoor Education yang meliputi; pelatihan Berinteraksi dan Menginap di Komunitas Lokal, Pendakian dan Pelaksanaan Upacara Kemerdekaan & Penghormatan Bendera Merah Putih di Puncak Gunung Parang, Berkemah, dan Ekspedisi Air.
“Momen terpenting peserta adalah melakukan upacara bendera pada tanggal 17 Agustus 2018 di puncak Gunung Parang setinggi 983 meter di atas permukaan laut. Kami meyakini para peserta ekspedisi akan menjadi duta perdamaian dan agen perubahan yang mampu menyeberkan semangat persatuan dalam kemajemukan serta bersinergi dan mengembangkan networking dalam membangun Indonesia,” urai Wendy dengan nada optimistis.
Adapun, pemberian beasiswa peserta ekspedisi kali ini didukung Yayasan Helping Hands dan PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Inge Setiawati, Executive Vice President CSR BCA, menyampaikan BCA turut serta dalam pembangunan ekonomi dan berpartisipasi aktif dalam mengembangkan sumber daya manusia, khususnya generasi muda Indonesia.
“Program CSR kami di bawah payung Bakti BCA yang tertuang dalam beberapa program, salah satunya membina generasi muda Indonesia untuk mempererat persatuan dan kesatuan Indonesia dalam keberagaman yang berlandaskan Pancasila. Karena itu, Bakti BCA mendukung kegiatan Ekspedisi Bhinneka Bagi Bangsa yang diselenggarakan Outward Bound Indonesia,” tutur Inge.
Pada kesempatan yang sama, Djoko Kusumowidagdo, Founder & Chief Executive Officer Outward Bound Indonesia menjelaskan jumlah peserta Ekspedisi Bhinneka Bagi Bangsa itu sebanyak 33 pelajar. Rinciannya, sebanyak 24 pelajar berasal dari Provinsi DKI Jakarta, Banten sebanyak 3 orang, Nanggroe Aceh Darussalam 2 orang, dan sisanya 1 pelajar yang masing-masing berasal dari Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, Riau, serta Jambi. “Sebanyak 19 pelajar dari jumlah total peserta itu adalah penyandang disabilitas yang terdiri dari peserta tuna netra sebanyak 11 orang, tuna daksa 3 orang, tuna rungu dan wicara 5 orang. Jika ditotal antara jumlah peserta disabilitas dengan peserta non disabilitas yang berjumlah 14 orang itu, maka jumlah peserta di tahun ini sebanyak 33 pelajar dari berbagai daerah dan latar belakang,” jelas Djoko.
Djoko mengemukakan dampak positif pendidikan luar ruang terhadap anak-anak muda, seperti tercantum di riset English Outdoor Council, adalah menumbuhkan sikap kemandirian, lebih percaya diri, mencari jalan keluar dalam menghadapi tantangan, melatih ketrampilan berinteraksi sosial, cakap dalam berkomunikasi, serta mudah beradaptasi dalam menjalin kerjasama tim.
“Merujuk survei OBI terhadap peserta ekspedisi di tahun lalu itu, kami mengidentifikasi keseluruhan peserta lebih memahami dan mempraktikkan nilai-nilai Pancasila serta Bhinneka Tunggal Ika dalam mempererat rasa persatuan dan kesatuan antar anak bangsa,” ungkap Djoko.
Rafi, peserta sekaligus angkatan pertama di ekspedisi di tahun lalu itu, menyampaikan dia dan rekan-rekan timnya yang beranggotakan 11 orang dipersatukan dalam keberagaman. “Kami saling melengkapi dan merangkul layaknya keluarga yang berjuang tanpa mengenal kata lelah dan bosan untuk saling membantu, meski harus melalui rintangan sendiripun terasa berat,” ujar Rafi mengisahkan pengalamannya.
Pelaksanaan ekspedisi dan pendidikan luar ruang itu mematuhi standarisasi dan aturan yang ditetapkan Outward Bound International yang mencakup ketersediaan piranti keras (hardware) berupa perlengkapan dan peralatan keselamatan, piranti lunak (software) seperti sumber daya manusia atau fasilitator profesional serta menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance).
Filosofi Outward Bound untuk pertama kalinya diperkenalkan di Indonesia pada 1990 oleh Djoko Kusumowidagdo dan Elly Tjahja. Djoko, peraih gelar MBA dari Universitas Portland, Amerika Serikat di tahun 1997, dan Elly memiliki visi yang sama untuk membangun karakter anak bangsa dalam menghadapi problematika lintas dimensi kehidupan. Djoko dan Elly meyakini solusi untuk menghadapi tantangan ini adalah meningkatkan kualitas dan karakter individu. Inilah yang melandasi pendirian Outward Bound Indonesia sebagai pelopor pendidikan dan pelatihan kepemimpinan yang berfokus pada soft skill melalui pembelajaran luar ruang (outdoor adventure). Selama lebih dari dua puluh tahun, Outward Bound Indonesia menginspirasi individu untuk melakukan pemberdayaan dan menebar sifat welas asih bagi masyarakat sekitarnya. Outward Bound Indonesia adalah pelopor outdoor education di Indonesia dan tercatat sebagai anggota Outward Bound International.
Outward Bound Indonesia merupakan bagian dari jaringan Outward Bound International (Outward Bound), organisasi internasional berlisensi di bidang pengembangan karakter melalui pembelajaran di alam, yang telah berkiprah selama 75 tahun di seluruh dunia ((www.OutwardBound.net)). Outward Bound International merupakan organisasi Internasional di bidang pelatihan bermetode adventure-based untuk pengembangan karakter SDM dengan filosofi “There is More in You than you Think”. Lisensi dari Outward Bound Trust UK Metodologi Experiential Learning through Adventure Network: 26 negara Eropa, Amerika, ASPAC, Afrika Pengalaman 75 tahun di global dan 26 tahun di Indonesia telah melatih sebanyak 200.000 partisipan tiap tahunnya di seluruh dunia.(kormen)