Bisnistoday.com, Jakarta– Rencana pemerintah dalam proyek pembangunan Terminal Kendaraan di Pelabuhan Patimban disambut baik oleh PT Indonesia Kendaraan Terminal, Tbk (IPC Car Terminal / IPCC) sebagai komplementer dari terminal kendaraan yang ada di Tanjung Priuk, mengingat pertumbuhan ekspor dalam 10 tahun terakhir mencapai CAGR 15% bahkan diprediksi bertumbuh mencapai lebih dari 30% untuk beberapa tahun mendatang.

IPCC sebagai terminal kendaraan terbesar di Indonesia dan No. 3 se-ASEAN menghimbau kepada pemerintah untuk melibatkan IPCC dalam pengoperasian kendaraan terminal di Pelabuhan Patimban. Momentum ini bisa dijadikan tantangan IPCC untuk menjadi Terminal No. 1 di ASEAN. Terlebih IPCC sudah menjadi emiten yang telah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak 9 Juli 2018 yang performa dari sahamnya sampai saat ini cukup baik.

Arif Isnawan selaku Direktur Komersial & Pengembangan Bisnis, IPCC, mengatakan, pemerintah perlu juga mendukung pembangunan pabrik mobil baru di wilayah Pelabuhan Patimban untuk mendongkrak ekspor mobil. Sehingga peruntukan Pelabuhan Patimban adalah untuk produk baru yang tidak mengganggu market Tanjung Priuk yang berasal dari pabrik mobil di wilayah Jakarta dan Bekasi. “Lebih lanjut lagi dengan hadirnya pabrik mobil baru di wilayah Pelabuhan Patimban akan menyerap banyak tenaga kerja di wilayah setempat,”ujarnya.

Chiefy Adi K, Presiden Direktur IPCC menyatakan “Hasil dari Focus Group Discussion (FGD) tahun 2017 menginformasikan bahwa beberapa premium customer PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk menyatakan bahwa prediksi pertumbuhan ekspor di

tahun 2018 sampai 2019 mencapai 35-45% seiring dengan peningkatan produksi di pabriknya. Untuk itu IPCC harus mempersiapkan penambahan fasilitas khususnya lapangan penumpukan atau parkir.

Sementara itu, dari sisi operasional,  Indra Hidayat Sani, Direktur Operasional IPCC menyatakan  kesiapannya dalam pengoperasian pelabuhan Patimban baik sisi SDM, suprastruktur dan digital car terminal system.

IPCC merupakan anak usaha PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau Indonesia Port Corporation (IPC). IPCC memberikan jasa pelayanan terminal kendaraan. “Jasa pelayanan meliputi Stevedoring, Cargodoring, Receiving, dan Delivery,” tutur Chiefy.

Selain itu, demikian Chiefy, IPCC juga melayani pelayanan jasa lainnya, yaitu Vehicle Processing Center (VPC), Equipment Processing Center (EPC), Port Stock dan Transhipment Roro Services.  IPCC tidak hanya menyediakan jasa terminal untuk mobil, tapi juga untuk alat berat, truk, bus, dan suku cadang.

IPCC memiliki beberapa keunggulan, di antaranya satu-satunya perusahaan pengelola terminal komersial yang memberikan jasa pelayanan terminal kendaraan di negara terpadat ke-4 di dunia, memiliki 100% captive market untuk ekspor-impor kendaraan, dan margin bisnis menarik.

IPCC mengelola lahan seluas 31 hektar dengan kapasitas 700.000 unit kendaraan per tahun. Sesuai rencana, pada 2022, IPCC menargetkan lahan seluas 89,5 hektar dengan kapasitas 2,1 juta kendaraan. Dengan demikian, IPCC diproyeksikan menjadi pengelola terminal mobil terbesar ke-5 di dunia.

Dari segi kinerja keuangan IPCC juga menunjukkan hal yang menggembirakan. Pada 2017, misalnya, IPCC membukukan pendapatan Rp. 422,1 miliar, naik 34,3% dibandingkan 2016 sebesar Rp. 314,3 miliar. EBITDA IPCC bertambah 31,5% menjadi

Rp. 175,4 miliar dari Rp. 133,4 miliar. Laba kotor naik 26,8% menjadi Rp. 208,6 miliar dari Rp. 164,5 miliar, dan laba bersih IPCC tumbuh 32,2% dari Rp. 98,4 miliar menjadi Rp. 130,1 miliar pada 2017.

Sementara total aset IPCC per Desember 2017 mencapai Rp. 336,3 miliar, naik 26,95% dibandingkan 2016 sebesar Rp. 264,9 miliar. Liabilitas IPCC naik 25% menjadi Rp. 99,2 miliar dari Rp. 79,3 miliar, dan ekuitas tumbuh 27,7% menjadi Rp. 237 miliar dari Rp 185,6 miliar dan current ratio sebesar 3,3 kali, naik dari 2,4 kali. “Dalam tiga tahun terakhir rata-rata ROA IPCC mencapai 35,4%, margin EBITDA 40,4%, ROE 50,6%, dan ekuitas terhadap aset rata-rata 69,8%,” pungkas Chiefy.

Sebelum menjadi entitas bisnis tersendiri, IPCC adalah sebuah strategic business unit yang bernama Tanjung Priok Car Terminal (TPT), yang pengelolaannya di bawah Kantor Pusat dan beroperasi sejak 28 November 2007. Pasca IPO pada 9 Juli 2018, persentase kepemilikan saham PT Pelindo II (Persero) sebesar 71.3%, PT Multi Terminal Indonesia sebesar 0.7% dan Publik sebesar 28.0%. (kormen)

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *