Jakarta, Bisnistoday.com–PT Indonesia Kendaraan Terminal
Tbk (IKT) menawarkan sebanyak-banyaknya 561.101.600 saham atau sebesar 30% dari
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh Perseroan, melalui Penawaran Umum Perdana
Saham (Initial Public Offering/IPO).
Sesuai rencana, penawaran awal (bookbuilding) berlangsung
pada 24 Mei 2018 hingga 22 Juni 2018. Penetapan harga IPO diharapkan pada 25
Juni 2018, sedangkan pencatatan perdana saham (listing) di Bursa Efek Indonesia
(BEI) dijadwalkan pada 10 Juli 2018.
IKT yang dikenal juga sebagai IPC Car Terminal menunjuk
dua Penjamin Pelaksana Emisi Efek (Joint Lead Underwriters/JLU), yaitu PT
Bahana Sekuritas dan PT Mandiri Sekuritas. Sedangkan RHB bertindak sebagai Agen
Penjual Internasional (International Selling Agent).
IKT yang merupakan anak usaha PT Pelabuhan Indonesia
(Pelindo) II atau Indonesia Port Corporation (IPC) akan mengalokasikan 50% dana
hasil IPO untuk belanja modal (capital expenditure/capex), 25% untuk
perpanjangan sewa lahan, dan sisanya untuk modal kerja. “Kami targetkan dana
hasil IPO sekitar Rp1 triliun,” papar Sugeng Mulyadi, Direktur Keuangan PT
Indonesia Kendaraan Terminal Tbk, dalam paparan Media di Hotel Mulia, Senayan,
Jakarta, Minggu (27/5/2018).
Direktur Utama Bahana PT Sekuritas Feb Sumandar selaku penjamin pelaksana emisi
belum mengumumkan berapa kisaran harga yang ditawakan saat penawaran umum. Namun,
target dana dana yang dihimpun dari aksi korporasi ini sekitar Rp 1 triliun.
Sementara Direktur Utama IKT Chiefy Adi Kusmargono mengatakan,
IKT merupakan perusahaan yang mengelola terminal yang secara khusus diusahakan
secara komersial untuk memberikan jasa pelayanan terminal kendaraan. Adapun
pelayanan jasanya meliputi Stevedoring, Cargodoring, Receiving, dan Delivery.
Selain itu juga melayani pelayanan jasa lainnya, yaitu Vehicle Processing
Center (VPC) dan Equipment Processing Center (EPC). “Kita optimistis, aksi korporasi mampu mencapai target, “ujarnya
IKT didirikan sebagai entitas bisnis tersendiri pada 5
November 2012 dengan persentase kepemilikan saham PT Pelindo II (Persero)
sebesar 99% dan PT Multi Terminal Indonesia sebesar 1%.
Sebelum menjadi entitas bisnis tersendiri, IKT hanya
sebuah strategic business unit yang bernama Tanjung Priok Car Terminal (TPT),
yang pengelolaannya di bawah Kantor Pusat dan beroperasi sejak Juni 2007.
Chiefy Adi, mengatakan, IKT memiliki beberapa keunggulan,
di antaranya satu-satunya perusahaan yang mengelola terminal komersial yang
memberikan jasa pelayanan terminal kendaraan di negara terpadat ke-4 di dunia,
memiliki 100% captive market, dan margin bisnis tinggi.
Selain itu, perseroan memiliki pasar yang berkembang
pesat, basis klien yang solid, penguasaan lahan yang terjamin dan ekspansi yang
terencana dengan baik, serta tim manajemen yang sangat berpengalaman.
Sementara itu, Indonesia adalah negara dengan penjualan
mobil terbesar ke-17 di dunia dan nomor satu di Asean. Secara produksi, Indonesia
terbesar ke-18 di dunia dan nomor dua di Asean. Adapun pertumbuhan produksi
mobil di Indonesia secara tahunan mencapai 11,4% selama 2007-2017.
IKT menyediakan terminal yang disiapkan tak hanya untuk
mobil, melainkan alat berat, truk, bus, dan suku cadang. Perseroan mengelola
lahan seluas 31 hektare dengan kapasitas 700.000 unit kendaraan per tahun.
Sesuai rencana, pada 2022, IKT menargetkan lahan seluas
89,5 hektare dengan kapasitas 2,1 juta kendaraan. Dengan demikian, perseroan
diproyeksikan menjadi pengelola terminal mobil terbesar ke-5 di dunia.
Pada 2017, IKT membukukan pendapatan sebesar Rp 422,1
miliar, meningkat dibandingkan 2016 yang sebesar Rp 314,3 miliar. EBITDA naik
menjadi Rp 175,4 miliar dari Rp 133,4 miliar. Laba kotor naik menjadi Rp 208,6
miliar dari Rp 164,5 miliar, dan laba bersih melonjak menjadi Rp 130,1 miliar
dari Rp 98,4 miliar.
Adapun nilai aset per akhir 2017 mencapai Rp 336,3
miliar, meningkat dibandingkan 2016 yang sebesar Rp 264,9 miliar. Liabilitas
naik menjadi Rp 99,2 miliar dari Rp 79,3 miliar dan ekuitas meningkat menjadi
Rp 237 miliar dari Rp 185,6 miliar. Sementara itu, current ratio sebesar 3,3
kali, naik dari 2,4 kali.
Sementara itu, rata-rata ROA dalam tiga tahun terakhir
mencapai 35,4%, margin EBITDA 40,4%, ROE 50,6%, dan ekuitas terhadap aset
69,8%. (Kormen)