IWAN SUNITO, Anak Hutan Kalimantan Jadi Raja Properti Australia

(bisnistoday)-Iwan Sunito, pemenang penghargaan Australian Property Person of The Year 2015, pada Jumat (18/11/2016), mengumumkan peluncuran buku biografinya.

 Pagi itu, matahari menyapa lembut ketika Arifpin Kosasih memencet tombol telepon selulernya, mengontak sahabat lamanya, Nyohardi Purnomo. Sebuah berita dan sebuah foto telah menyentak alam bawah sadarnya. Dan dia tahu kepada siapa harus mengonfirmasi kebenaran berita yang tengah dibacanya. “Nyo, coba kamu lihat berita di Jawa Pos hari ini,” katanya singkat sambil menyebut halaman berita tentang peresmian sebuah proyek properti di Australia.

 Tanpa banyak diskusi panjang, telepon pun segera ditutup. Tak berapa lama, giliran Nyo yang menghubungi balik sang penelpon. “Pin, ini bukannya Cen Huan, teman kita?” cetusnya dengan nafas setengah memburu.

 “Nah, itu dia,” jawab Arifpin sambil menghela napas. “Kalau wajahnya sih Cen Huan. Lihat matanya, senyumnya,… juga kurusnya,” dia menyambung. Berita di Jawa Pos itu dibacanya beberapa kali, sementara fotonya ditatap lekat-lekat.

 “Iya, ya. Wah, kok bisa dengan Perdana Menteri Australia, ya….” Nyo berkata sambil berdecak. Mereka diam sejenak

 Ini adalah sebuah potongan cerita yang diambil dari Buku Without Borders; Perjalanan Anak Hutan Kalimantan Menjadi Raja Properti Australia.

 Sepintas cerita ini menggambarkan sebuah kemungkinan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya, sekaligus membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang utama untuk bisa menembus batas.

Dan Without Borders memang menceritakan perjuangan hidup seorang anak manusia yang berawal dari keterpurukan yang kemudian menjelma menjadi salah satu sosok yang disegani di industry properti Negara Kangguru.

 Buku ini merupakan hasil perjalanan selama kurang lebih tiga tahun (2014-2016), mulai dari wawancara, riset, hingga penulisan.

 Dari rancangan awal kisah yang akan ditulis, sesi wawancara dengan banyak narasumber di sejumlah tempat, mulai dari Jakarta, Surabaya, Pangkalan Bun, hingga di Sydney, riset-riset sekunder, hingga penentuan judul serta gambar muka, semuanya dilakukan secara mendetil melalui sesi diskusi yang intens dan berulang-ulang.

 “Banyak hal yang sudah terlupakan namun akhirnya hidup kembali dari tulisan salah satu sahabat saya, Teguh S. Pambudi yang bahkan saya menyebutnya sebagai kamus berjalan untuk hidup saya” ungkap Iwan Sunito

 “Seperti mengalami sebuah flash back di layar lebar atas semua peristiwa yang pernah terjadi dalam kehidupan saya”.

 “Denpasar, Bali merupakan lokasi historis dimana saya mendapatkan titik balik dalam kehidupan saya, dan itulah sebabnya mengapa saya memilih Bali sebagai lokasi peluncuran buku WITHOUT BORDERS” kata Iwan Sunito.

 “Iwan Sunito adalah bukti bahwa paduan ketajaman intuitif, keluasan imajinasi dan kegigihan dalam roda kehidupan adalah sebuah formula yang tepat dalam mencapai sebuah tujuan. Buku ini pada akhirnya menjadi kompas baru bagi saya untuk memahami makna dari kehidupan itu sendiri dan mendorong pemahaman bahwa kehidupan bukanlah sekadar kehidupan, namun bagian dari sesuatu yang lebih luas,” ungkap Teguh Sri Pambudi selaku penulis.

 Buku “Without Borders” terdiri dari 15 bab yang dibagi menjadi beberapa fase perjalanan hidup Iwan Sunito yang dimulai dari titik awal hingga detik ini dan akan tersedia di semua gerai buku terkemuka di Indonesia mulai bulan Desember 2016 dan juga tersedia secara daring di Scoop dan Amazon.

 Crown Group Holdings (Crown Group) adalah perusahaan properti terkemuka Australia yang mengkhususkan diri dalam pengembangan properti, investasi properti dan hotel.

 Perusahaan ini adalah didirikan oleh seorang arsitek bernama Iwan Sunito dan seorang insinyur, Paul Sathio pada tahun 1996.

 Iwan Sunito lulus dengan gelar Bachelor of Architecture (Hons) dan Master of Construction of Management dari University of NSW. Pada tahun 1993 Iwan menjadi seorang Arsitek Yang Resmi Terdaftar di NSW dan dianugerahi penghargaan UNSW Eric Daniels for excellence in residential design.

 Dalam beberapa tahun terakhir Iwan Sunito telah menerima sejumlah penghargaan termasuk 2013 Leadership Award dari Majalah Property & Bank, penghargaan Entrepreneur Award dari Kongres Diaspora Indonesia 2013 dan menjadi salah satu pemenang di 2013 Ernst & Young Entrepreneur of the Year Awards. Iwan Sunito juga dinobatkan sebagai 2015 Property Person of The Year oleh Urban Taskforce Australia.

Eksis di Dunia Property

Iwan menyebut  fokus sebagai kunci kesuksesan orang-orang besar. Jadi, berdasarkan hal itu juga yang membuat Iwan sebagai orang yang sangat focus, passionate.

Bagaimana kiprahnya di properti? Bermula dari sekadar merenovasi pagar, kamar mandi, sampai membangun satu rumah, Iwan kini memiliki portofolio properti bernilai miliaran dolar di negeri Kanguru Australia.

Ragam keterbatasan , mulai dari Pengetahuannya, jaringannya, staf juga tidak ada, apalagi dia one man show, membuat Iwan  sangat menantang pada awalnya, dia berusaha. Kini lewat benderanya, Crown Group berkembang menjadi pengembang dengan portofolio senilai Rp 48 triliun. Perusahaan ini sedang membangun V, sebuah menara hunian 29 lantai di Parramatta; Skye, hunian vertical 20 lantai di Sydney Utara; dan Crown Ashfield di barat.

Kata Iwan, semua bermula dari hal kecil. “You think big in a start really small,” kata dia, mengenang masa dirinya mengerjakan apa saja pekerjaan yang ditawarkan pelanggan. Dari sekadar merenovasi pagar, garasi, atau kamar mandi, sampai membangun satu unit rumah utuh.

Awal usahanya, berawal dari  teman ke teman, dari saudara ke saudara, pelan tapi pasti, Iwan mulai menancapkan kukunya di dunia properti di Australia, tempatnya menuntut ilmu dari sarjana sampai master di bidang arsitektur. Kinerja Crown mulai diakui.

Pengusaha yang besar di Surabaya dan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah ini, memiliki tekad agar Positioning produk bisnisnya harus jadi best of the best.

Melalui bendera Crown, perusahaan yang didirikan Iwan dan rekannya, Paul Sathio pada 1994, kini dikenal sebagai pengembang spesialis properti mewah. Dari awalnya tak berani mematok tarif. Semula hanya berani mempekerjakan mahasiswa agar bayarannya lebih murah, Crown kini sudah punya banyak karyawan dan kantor perwakilan di beberapa negara.

Perlahan, setelah menjelajai dari satu proyek ke proyek lain, Crown mencapai proyek-proyek yang nilainya miliaran dolar Amerika Serikat sejak 2004.

Saat resesi ekonomi pada 2008. Sempat terjadi slow down, tapi Iwan belajar. Dirinya berada pada dua pilihan: memotong ongkos supaya perusahaan bisa tetap hidup, atau membuat proyek yang terbaik kualitasnya. Crown memilih yang kedua.

Ramuan Crown adalah apartemen terbaik, harus disukai semua orang, desain arsitekturnya bagus, sense of arrival yang luar biasa, dan taman-taman hijau. Pada masa-masa itu, hasilnya bukannya profit berkurang tapi malah berganda.

Sejurus dengan perjalanan waktu, Crown Group semakin agresif melahap pasar Asia. Sebagai punggawa tertinggi, Iwan mampu menggaet investor Asia. Selain itu, Crown Group telah mendapatkan reputasi yang luar biasa melalui portopolio proyek perumahan yang beragam. Berkat kepiawannya, perusahaan mengalami pertumbuhan kinerja yang signifikan. Perusahaan ini diklaim menjadi salah satu kelompok pengembang properti terkemuka di Negeri Kangkuru itu.

Iwan  beberapa kali memaparkan kinerja Crown Group dan strategi bisnis di Indonesia. Setiap tahun dia  pergi ke Surabaya, Yogyakarta, Medan dan beberapa kota lainnya untuk mencari investor yang mau membeli produk-produk Crown Group.

Indonesia bagia Iwan adalah salah satu pasar yang penting bagi Crown Group. Pasalnya Produk Crown Group digemari oleh investor Asia, termasuk di Indonesia.

Bicara  Crown Group, menurutnya, Investor Cina masih menduduki peringkat pertama, sementara investor Indonesia memberikan kontribusi sebesar 30% dari seluruh produk Crown Group. Alasan investor membeli produk kami adalah untuk tempat tinggal saat mengeyam pendidikan, bekerja atau mengadu nasib ataupun untuk diinvestasikan.

Besarnya minat orang Indonesia karena melihat Sydney adalah kota yang cukup menarik bagi masyarakat Asia, tak terkecuali buat Indonesia. Banyak masyarakat Indonesia yang mengadu nasib dan melanjutkan kuliah. Mereka berfikir, dari pada menyewa rumah atau apartemen yang harganya kian tinggi, lebih baik membelinya.

Rata-rata investor Crown Group adalah anak muda. Mereka mencari properti yang strategis, dekat dengan kota dan akses yang mudah dijangkau. Kelebihan Crown Group adalah konsep resort. Sebagai orang Asia, saya dan tim tahu betul bagaimana membangun hunian yang asri dan the real resort.

Selaku seorang pengusaha properti sukses di Australia, siapa mengira Iwan Sunito pernah mengalami tinggal kelas saat sekolah dasar di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.

Sang orang tua, juga melewati masa-masa sulit. Sang ayah sempat kerja serabutan di Pangkalan Bun, setelah ‘gagal’ di Surabaya. Mulai dari memotong kayu, menyadap karet, sampai menjual karet dilakoninya. Sampai akhirnya mereka bisa mendirikan toko kelontong kecil-kecilan. Itu pun sempat terbakar beberapa kali.

Meski hanya memiliki toko kelontong kecil-kecilan, sang orang tua rupanya memiliki mimpi yang lebih besar untuk pendidikan. Anak-anaknya harus disekolahkan di luar negeri. Itulah yang membawa Iwan ke Australia.

Laporan: Kormen

Email: kormenjurnalis@gmail.com

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *